Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Eksekusi Mati Mata-Mata Israel di Iran Ditangguhkan

Dia dijatuhi hukuman mati pada Oktober 2017 dan Mahkamah Agung menegaskan kembali hukuman tersebut pada November.
Iran/Reuters
Iran/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Ilmuwan berkewarganegaraan Swedia-Iran yang tengah menghadapi eksekusi mati di Iran, karena kegiatan mata-mata untuk keperluan Israel akhirnya diberikan penangguhan hukuman, kata pengacaranya.

Ahmadreza Djalali tidak dipindahkan dari penjara Evin di Teheran ke penjara Raja'i Shahr seperti yang diperkirakan pada Selasa malam, kata pengacaranya sperti dikutip TheGuardian.com, Kamis (3/12/2020).

Lokasi tersebut merupakan tempat pelaksanaan eksekusi mati.

Akan tetapi, tidak segera jelas apakah penangguhan hukuman itu sementara atau muncul dari tekanan publik dan diplomatik yang intens terhadap otoritas Iran untuk memeriksa kembali kasusnya.

Istrinya, Vida Mehrannia, membuat seruan media, termasuk ke Guardian, pada Selasa (1/12/2020) malam untuk mendesak pemerintah Eropa datang membantu suaminya.

Ada juga kampanye intens dari Amnesty International setelah mendengar rencana eksekusi mati.

Ann Linde, menteri luar negeri Swedia, telah berbicara minggu lalu dengan menteri luar negeri Iran, Javad Zarif untuk mendesak agar kasusnya diperiksa ulang.

Sebagai pemegang dua kewarganegaraan, Djalali adalah seorang dokter medis, dosen dan peneliti dalam pengobatan bencana yang ditangkap pada April 2016 setelah diundang oleh Iran ke sebuah konferensi.

Video pengakuannya disiarkan di TV pemerintah Iran pada Desember 2017 setelah dia dituduh membantu Israel mempersiapkan serangan terhadap ilmuwan nuklir Iran.

Pakar hak asasi manusia PBB mengatakan pada tahun 2017: "Prosedur terhadapnya dirusak oleh banyak laporan tentang pelanggaran proses hukum dan pelanggaran pengadilan, termasuk penolakan akses ke pengacara dan pengakuan paksa.

PBB menyatakan bahwa dia telah dilaporkan diancam dengan penyiksaan dan hukuman mati melalui proses yang dipercepat, dan kemudian dipaksa untuk mengulangi pernyataan yang didiktekan di depan kamera video.

Dia dijatuhi hukuman mati pada Oktober 2017 dan Mahkamah Agung menegaskan kembali hukuman tersebut pada November.

Ada laporan bahwa rencana eksekusi bisa dikaitkan dengan persidangan di Belgia terhadap seorang diplomat Iran.

Assadollah Assadi yang bertugas di kedutaan di Wina, dituduh memberikan bahan peledak kepada dua orang untuk mengebom rapat umum kelompok oposisi Dewan Nasional Perlawanan Iran di dekat Paris pada 30 Juni 2018.

Iran mungkin berusaha untuk mengatur pertukaran tahanan seperti yang pernah terjadi sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper