Bisnis.com, JAKARTA - Akademisi sekaligus filsuf Rocky Gerung mengatakan pola kegagalan berpikir yang dilakukan oleh Istana. Hal itu terkait pemberian tanda kehormatan Bintang Mahaputera kepada Mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dan pelarangan tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) bertema kepulangan pentolan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab.
Pernyataan tersebut disampaikan Rocky pada platform YouTube-nya Rocky Gerung Official yang berjudul "Gatot Nurmantyo dan Habib Rizieq Bikin Istana Tambah Bingung".
"Ya, itu berarti rapat-rapat dari intelejen, koordinasi intern di Istana [Presiden] gagal semua kan, karena kejutan itu selalu datang dari publik," ungkap Rocky pada video diunggah Rabu (11/11/2020).
Saat membahas pemberian Tanda Kehormatan kepada Gatot, dia mengungkapkan momentum yang menentukan pentingnya penghargaan sudah hilang. Pasalnya, penyematan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera biasanya dilakukan pada periode Agustus, bukan November. Dia menilai pemberian tanda kehormatan kepada Gatot sebagai bentuk komunikasi politik pemerintah untuk oposisi.
Menurutnya, pemerintah berupaya memecah kubu oposisi, yaitu antara Gatot dan Rizieq Shihab. Pemberian Bintang Mahaputera kepada Gatot, lanjutnya, ditargetkan untuk menggiring opini publik seperti saat pemberian tanda kehormatan kepada politisi Fahri Hamzah dan Fadli Zon pada Agustus 2020.
"Jadi public opinion dipakai lagi untuk membelah oposisi itu. Kan tentu ada akal-akalan istana, dikasih sorotan satu ke Gatot satu ke Habib Rizieq supaya berebut kamera. Bagi publik, itu dua-duanya artinya sama di zoom-in zoom-out sama hasilnya, yaitu lakukan revolusi akhlak dan gerakan moral," ungkap Rocky.
Selain itu, Rocky juga berpikir bahwa pembatalan talkshow ILC yang bertemakan kepulangan Rizieq adalah upaya terakhir untuk membelah oposisi pemerintah saat ini. Namun, dia menilai hal itu usaha yang sia-sia.
Dia menambahkan kepulangan Rizieq Shihab yang disambut lautan orang di bandara Soekarno-Hattakian mengukuhkan bahwa petolan FPI itu masih fenomenal. Rocky kemudian mengungkap Istana gagal berpikir jika menganggap Gatot dan Rizieq tidak berguna.
"Jadi, gagal berfikir sebetulnya Istana kalau menganggap dua orang ini enggak ada gunanya. Buat apa ngomong begitu, publik akan menganggap karena ketakutan. Orang yang punya dosa selalu ingin menjadikan orang lain lebih berdosa dari dia. Padahal publik menganggap enggak mungkin dosa ini ditransfer, karena dosa ini adalah dosa struktural. Dosa yang betul-betul berakar pada arogansi," ucapnya.
Konsultan Media dan Politik Hersubeno Arief yang hadir sebagai host dalam video ini menyebutkan strategi komunikasi politik Habib Rizieq lebih canggih dibanding pemerintah.
"Ternyata Habib Rizieq lebih canggih strategi komunikasi politiknya, dia pulang 10 November, tepat pada Hari Pahlawan. Ini kan semua skenario Istana langsung batal dengan kepulangan Rizieq," ungkap Hersubeno.