Bisnis.com, JAKARTA – Satgas Penanganan Covid-19 menegaskan kepada masyarakat bahwa vaksin untuk Covid-19 yang sedang dikembangkan akan dipastikan aman saat dipasarkan ke masyarakat.
Vaksin Covid-19 yang sedang tahap uji klinis fase 3 itu disebut aman karena dibuat dari virus yang dilemahkan, sehingga pada prinsipnya vaksin tidak berbahaya.
Menurut Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Profesor Wiku Adisasmito, vaksin yang masuk ke tubuh manusia akan menstimulasi imunitas tubuh. Vaksin Covid-19 tidak saja akan melindungi diri sendiri, juga orang lain yang tidak mendapatkan vaksinasi karena alasan tertentu, termasuk alasan kesehatan.
"Pemerintah memastikan vaksin Covid-19 aman untuk digunakan manusia, karena harus melalui tahapan uji praklinis dan klinis untuk memastikan keamanan, efektifitas dan dosis yang aman untuk digunakan manusia. Risiko yang ditimbulkan vaksin sangat rendah dan manfaat jauh lebih tinggi," jelasnya dalam konferensi pers virtual, Selasa (10/11/2020).
Kendati demikian, Wiku juga mengingatkan masyarakat untuk tetap bekerja memerangi pandemi Covid-19 dengan tidak lupa menerapkan protokol kesehatan dalam keseharian, dan terapkan 3M yakni memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Sebelumnya, disebutkan bahwa masiha da sekitar 30 persen masyarakat yang tidak percaya dan tdak mau divaksin. Ketua Indonesian Technical Advisory Group of Immunization (ITAGI) Sri Rezeki S. Hadinegoro menjelaskan bahwa hal itu karena kurangnya edukasi kepada masyarakat.
“Mereka yang masih ragu atau menolak karena mereka belum mengerti dengan baik. Saya mempelajari vaksin aja 20 tahun lebih, apalagi awam. Yang menakutkan itu disuntik, ada efek samping, belum tentu halal, itu yang dikhawatirkan. Makanya, itu yang harus diteliti,” jelasnya.
Pembuatan Lebih Cepat
Adapun, Sri menjelaskan, bahwa memang vaksin Covid-19 bisa dibuat lebih cepat karena teknologi untuk pengembangannya sudah ada dan lebih maju. Terlebih karena kondisi pandemi ini dinilai menjadi kondisi darurat lantaran memakan banyak korban jiwa dengan tingkat kematian tinggi.
“Pada masa pandemi, karena tujuannya beda untuk segera menurunkan kematian, untuk itu kita perlu vaksin yang cepat. Adapun, penelitian beberapa vaksin punya platform yang berbeda-beda,” ujarnya.
Platform milik Sinovac misalnya menggunakan virus mati. Bio Farma yang bekerja sama dengan Siovac dalam pengembangan vaksin Covid-19 ini, sudah punya teknologi untuk menelitinya, sehingga tidak sulit untuk membuat vaksin baru.
“Kalau sudah punya teknologinya fase 1 dan 2 sudah bisa dipendekkan. Setelah itu tinggal fase 3-nya yang harus kita lihat pemantauannya setelah dapat suntikannya. Pemantauan ini bisa beberapa lama karena harus menilai juga tambahan jumlah kasus, berapa banyak orang yang sakit,” jelasnya.
Dalam kondisi darurat, Sri menjelaskan, pengembang vaksin juga harus menggunakan teknologi yang darurat juga, sehingga nantinya juga perlu adanya emergency use authority [EUA] dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).