Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tim Kampanye Joe Biden Sebut Facebook Mencabik-cabik Tatanan Demokrasi

Beberapa hari setelah pilpres AS, Facebook dibanjiri dengan ribuan seruan untuk melakukan kekerasan dan perusahaan dianggap lambat dalam merespons seruan tersebut.
Logo Facebook/Reuters
Logo Facebook/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Perwakilan presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden mengecam Facebook Inc., karena dianggap merusak struktur demokrasi Negeri P aman Sam.

Juru bicara tim kampanye Biden, Bill Russo mengatakan bahwa Facebook telah “mencabik-cabik” tatanan demokrasi. Beberapa hari setelah pilpres AS, Facebook dibanjiri dengan ribuan seruan untuk melakukan kekerasan.

"Beberapa di antaranya dihapus, tetapi banyak yang dibiarkan berjam-jam, bahkan berhari-hari,” ujarnya di Twitter, seperti dikutip Bloomberg.

Russo menunjuk pada pernyataan baru-baru ini oleh mantan ahli strategi Gedung Putih Steve Bannon, yang dalam sebuah video menyerukan pemenggalan direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Anthony Fauci, dan direktur Biro Investigasi Federal Christopher Wray.

Facebook akhirnya memblokir akses ke video tersebut, tetapi akun Bannon masih aktif. Twitter menangguhkan akun Bannon, sedangkan YouTube menghapus video terkait dan memblokir akun Bannon untuk sementara.

Russo juga mengutip teori mengenai kecurangan pilpres AS yang menjadi viral di Facebook, meskipun tidak ada bukti adanya kecurangan. Perwakilan Facebook yang berbasis di Menlo Park, California, tidak segera menanggapi permintaan komentar di luar jam kerja.

Dalam kebanyakan kasus di mana pengguna memposting konten palsu atau menyesatkan terkait pemilu, Facebook menerapkan label dengan tautan ke pusat informasi pemilihnya, alih-alih secara langsung mengatakan apakah posting itu palsu.

Menurut Facebook, langkah tersebut kerap dilakukan karena seringkali pemeriksa fakta pihak ketiga perusahaan belum dapat meninjau konten tersebut.

Bahkan sebelum pilpres AS, tim kampanye Biden menekan Facebook untuk meningkatkan upaya filter terhadap konten yang tidak benar. Mereka juga tidak puas dengan tanggapan perusahaan atas seruan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper