Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengadakan konferensi pers terkait dengan hasil penghitungan surat suara pemilihan presiden AS tahun 2020 di Gedung Putih, Waghington, Kamis (5/11/2020) malam waktu setempat.
Trump menyatakan, bahwa jika melihat penghitungan legal, dia dengan mudah memenangkan pilpres. Namun, pada penghitungan ilegal, dia kalah karena ada yang mencoba mencuri penghitungan, selain itu juga menurutnya, terdapat penyelundupan suara pada malam hari.
"Jika Anda menghitung suara sah saya dengan mudah menang. Jika Anda menghitung suara ilegal, mereka mencoba mencuri pemilihan dari kami....banyak suara yang datang terlambat," ungkap Trump dikutip dari Fox News pada Jumat (6/11/2020).
Namun, saat diulas oleh The New York Times pada hari ini, Jumat (6/11/2020), menyebut bahwa Presiden AS menyerang demokrasi.
The New York Times menjelaskan apa yang Trump lakukan pada konferensi pers tidaklah rumit, tetapi sesuatu yang "menakjubkan", bahkan setelah empat tahun menjabat sebagai presiden.
Dari sambutan Trump saat konferensi pers, dia berbohong tentang penghitungan suara, yang mencoreng lawannya, Joe Biden, dan berusaha merusak integritas sistem pemilu AS.
Klaim-klaim Trump saat konferensi pers ini dinilai tak berdasar bahwa dirinya ditipu oleh lawannya, klaim yang menyalahkan pekerja pemungutan suara non-partisan, dan juga persekongkolan besar perusahaan teknologi dan bisnis.
Namun, sebenarnya tidak ada pencurian atau penghitungan ilegal, dan juga tidak ada yang "melakukan banyak hal buruk".
Trump sederhananya telah kalah. Dan tampaknya dia memutuskan untuk meruntuhkan sistem demokrasi bersama dengannya.
Calon Presiden AS dari Partai Demokrat Joe Biden telah memotong kepemimpinan Trump, atau memperluasnya di tiga dari empat negara yang akan memutuskan siapa Presiden AS berikutnya, yaitu Pennsylvania, Georgia, dan Nevada.
Trump tampaknya tidak mempermasalahkan hasil penghitungan di negara bagian di mana Trump memperoleh keuntungan yaitu Arizona.
Kemudian, suara yang disebut Trump "terlambat" dan "ilegal" diberi cap pos pada Hari Pemilihan yang membuat suara tersebut sah.
Di Pennsylvania, badan legislatif negara bagian yang dipimpin oleh Partai Republik tidak mengizinkan petugas pemungutan suara untuk mulai menghitung surat suara hingga Hari Pemilihan. Oleh karena itu, sekarang dihitung.
Alih-alih membiarkan proses itu berjalan, Trump meminta pejabat pemilu untuk berhenti menghitung suara yang berpotensi mencabut hak pilih ratusan ribu pemilih.
"Itu adalah keputusan yang sangat sulit untuk dipertahankan dalam demokrasi," ungkap James Baker, mantan Menteri Luar Negeri yang memimpin tim hukum dan politik Republik selama perhitungan ulang Florida tahun 2000.