Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang Seri Baru: Ketergantungan Australia ke China Tak Akan Berubah

Komplementaritas antara kedua ekonomi begitu mendalam sehingga ketergantungan ekonomi Australia pada China tidak akan berubah, kecuali Australia memilih untuk menerima kerugian besar akibat hubungan buruknya dengan Beijing.
PM Australia Scott Morrison/Reuters
PM Australia Scott Morrison/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Australia kemungkinan akan terus mengalami kerugian ekonomi akibat tindakan penghukuman dari China. Mantan Duta Besar Australia untuk China Geoff Raby mengatakan negara itu perlu menemukan cara untuk mengatur ulang hubungan dengan Beijing.

Eksportir makanan laut adalah kelompok industri terbaru yang melaporkan gangguan dalam mengakses pasar China. Raby mengatakan dalam hal ini Australia lebih membutuhkan China daripada sebaliknya.

Raby berpendapat strategi Australia untuk melawan kebangkitan China selama ini cenderung tidak koheren. Upaya Australia untuk mendiversifikasi pasar lain di luar China menurutnya adalah angan-angan belaka.

Sebab, komplementaritas antara kedua ekonomi begitu mendalam sehingga ketergantungan ekonomi Australia pada China tidak akan berubah, kecuali Australia memilih untuk menerima kerugian besar akibat hubungan buruknya dengan Beijing.

“Canberra benci ini, tetapi saya mulai dengan premis bahwa ini adalah hubungan yang asimetris [dan] suka atau tidak, kami lebih membutuhkan China daripada mereka membutuhkan kami,” Raby, yang juga mantan duta besar Australia untuk Organisasi Perdagangan Dunia, dilansir The Guardian, Kamis (5/11/2020).

Pemerintah Australia mengatakan tidak akan tunduk pada tekanan ekonomi dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilainya. Raby mempertanyakan apakah kepentingan Australia selaras dengan situasi dimana hubungan buruk telah menimbulkan kerugian ekonomi.

Senin pekan ini, pemerintah Perdana Menteri Scott Morrison meminta Beijing untuk memberikan kepastian kepada eksportir lobster batu Australia, setelah beberapa pengiriman ditahan oleh otoritas bea cukai untuk pengujian lebih lanjut selama akhir pekan.

Penundaan itu memicu kekhawatiran bahwa makanan laut bisa menjadi sektor Australia berikutnya yang terpengaruh oleh ketegangan perdagangan dengan China setelah jelai, daging sapi, kapas, batu bara, dan anggur.

Meskipun sulit untuk menghitung biaya perang dagang, penelitian Perth USAsia Centre menunjukkan total nilai ekspor tahunan ke China di lima industri yang terkena dampak sanksi adalah US$19 miliar.

Ekspor jasa tambahan senilai US$28 miliar dapat berisiko jika peringatan Beijing kepada warganya agar tidak bepergian ke Australia mencegah pemulihan pascapandemi pada pariwisata dan pendidikan internasional.

Raby mengatakan Australia harus mengubah sikap terhadap China. Hal yang paling penting bagi Beijing dari negara seperti Australia menurutnya adalah mengakui integritas teritorial China dan legitimasi Partai Komunis sebagai penguasa.

Pengakuan atas kepentingan China dan partainya diperlukan bagi Australia untuk mencari peluang terlibat dengan Beijing dalam berbagai masalah seperti lingkungan, sumber daya air, energi, terorisme, kejahatan transnasional, perang dunia maya, dan militerisasi ruang angkasa.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper