Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang Lagi? China Blokir Impor Lobster, Anggur, dan Batu Bara Australia

Daftar hitam China yang disampaikan secara lisan ke pelaku komoditas mencakup batu bara, barley, tembaga, gula, kayu, anggur, dan lobster.
Suasana di Pelabuhan Lianyungang, Provinsi Jiangsu, China, 8 September 2018./REUTERS-Stringer
Suasana di Pelabuhan Lianyungang, Provinsi Jiangsu, China, 8 September 2018./REUTERS-Stringer

Bisnis.com, JAKARTA - Perseteruan politik antara Beijing dan Canberra berbuah perang dagang sepihak yang mengancam sejumlah besar eksportir Australia.

Dilansir Bloomberg, Rabu (4/11/2020), menurut sumber yang dekat dengan masalah ini, China tidak akan mengizinkan impor sebagian besar komoditas dan bahan makanan Australia mulai awal minggu ini. Langkah ini merupakan eskalasi dari tekanan Beijing menyusul kebuntuan selama dua tahun atas masalah mulai dari teknologi hingga asal-usul virus Corona.

"Penurunan impor produk Australia yang relevan adalah karena tindakan perusahaan sendiri," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China.

Daftar hitam China yang disampaikan secara lisan ke pelaku komoditas mencakup batu bara, barley, tembaga, gula, kayu, anggur, dan lobster. Adapun yang tidak termasuk, yakni bijih besi atau gas alam yang pembatasan impornya dapat sangat merusak ekonomi China sendiri.

"China memperingatkan awal tahun ini bahwa banyak barang yang diekspor Australia dapat diganti. Sekarang mereka akan menggantinya. China tampaknya bertekad untuk menghukum Australia dan menjadikannya contoh bagi negara lain," kata Richard McGregor, rekan senior di lembaga think tank Lowy Institute yang berbasis di Sydney.

Pemblokiran itu berarti kerugian besar bagi kelompok komoditas global yang mengangkut batu bara dari tambang besar di Australia timur atau petani lobster di lepas pantai barat negara itu. Pembuat anggur yang telah menikmati permintaan yang membludak dari kelas menengah yang berkembang di China, mungkin juga akan mendapat pukulan.

Upaya pembatasan China pertama-tama menarget batu bara. Komoditas ini menyumbang sekitar 9 persen dari seluruh pendapatan Australia dari ekspor ke China tahun lalu. Bijih besi dipandang lebih kebal dari tindakan perdagangan karena sektor baja China yang luas membutuhkan bijih berkualitas tinggi Australia dalam jumlah besar.

Di sisi lain, Beijing tampaknya tidak khawatir dengan permintaan akan lobster atau anggur berkualitas Australia. Untuk anggur premium, China adalah pembeli terbesar di Australia, menghabiskan hampir US$830 juta sepanjang tahun ini hingga September, sekitar dua setengah kali lebih besar dari ekspornya ke AS.

Industri ini telah bersiap menghadapi masalah di pasar utamanya sejak China mengumumkan dua investigasi perdagangan anggur Australia awal tahun ini. Saham salah satu produsen Australia, Treasury Wine Estates Ltd., turun sebanyak 3 persen kemarin, terbesar sejak September.

Sementara itu, pasar tembaga menyoroti ketidaksesuaian perdagangan antara kedua negara. Sekitar 55 persen dari ekspor tembaga yang ditambang Australia menuju ke negara Asia tahun lalu.

Namun Australia hanya memenuhi 5 persen dari kebutuhan China, yang berarti hal itu seharusnya tidak menjadi masalah bagi pabrik peleburan untuk mencari alternatif sumbernya.

Saham salah satu produsen tembaga Australia Sandfire Resources Ltd. turun sebanyak 9 persen, meskipun perusahaan mengatakan yakin dapat menemukan pelanggan alternatif jika diperlukan.

"Bijih dari Australia mungkin masih dikirim ke China setelah dicampur atau dalam bentuk penyulingan," kata Eric Liu, kepala perdagangan dan penelitian di AKS Resources Ltd. dari Shanghai.

Pada komoditas gula dan kayu, meskipun Beijing akan menghentikan kedua barang itu, mereka bukanlah penerima ekspor yang besar bagi Australia dalam perdagangan dengan China.

Negeri Panda melarang impor kayu dari negara bagian Queensland setelah menemukan hama selama pemeriksaan.

"Kami sedang mencari rincian lebih lanjut tentang keprihatinan khusus yang diangkat dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi persyaratan karantina ini sehubungan dengan otoritas biosekuriti," kata Kepala Eksekutif Timber Queensland Mick Stephens.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper