Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Merasa Dicurangi, Trump Bakal Tuntut Proses Perhitungan Suara Pilpres AS

Trump menunjuk tim pengacara untuk mengajukan tuntutan hukum ke Mahkamah Agung terhadap proses penghitungan suara di Pennsylvania dan Michigan.
Calon Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Joe Biden (kanan)./Istimewa
Calon Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Joe Biden (kanan)./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Calon Presiden petahana Donald Trump menunjukkan keseriusannya dalam menentang hasil pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) yang dianggap tidak wajar.

Pada Rabu (4/11/2020), Trump menunjuk tim pengacara untuk mengajukan tuntutan hukum ke Mahkamah Agung terhadap proses penghitungan suara di Pennsylvania dan Michigan. Ia menduga proses di sana cenderung lebih memihak calon dari Partai Demokrat, Joe Biden.

Di kedua negara bagian tersebut, tim kampanye Trump mengklaim belum diberi akses penuh ke lokasi penghitungan untuk mengawasi proses pembukaan dan tabulasi surat suara seperti yang dijamin oleh undang-undang negara bagian.

Di Twitter, Trump juga bersuara keras terhadap terhalangnya akses tim kampanyenya dalam proses prhitungan suara.

“Pengacara kami telah meminta akses yang berarti, tapi apa gunanya itu? Kerusakan telah terjadi pada integritas sistem kita dan pada Pemilihan Presiden itu sendiri. Inilah yang harus didiskusikan!” ujar Trump di Twitter.

Sebelumnya, tim kapanye Trump juga mengatakan akan meminta penghitungan ulang di Wisconsin.

Dalam konferensi pers pada Rabu sore di Philadelphia, pengacara pribadi presiden Rudy Giuliani mengatakan gugatan lain dapat diajukan di Wisconsin. Dia mengklaim hal akses tim kampanye Trump juga dibatasi di negara bagian tersebut.

Trump sering mengatakan bahwa dia hanya bisa kalah dalam pilpres oleh kecurangan. Ia mengklaim bahwa meningkatnya proses pemilihan melalui surat berpotensi meningkatkan kecurangan.

Bahkan sebelum hari pemilihan pada hari Selasa, tim kampanyenya mengajukan beberapa gugatan untuk membatasi penggunaan surat untuk pemungutan suara.

Banyak pakar hukum meragukan klaim Trump tersebut. Gugatan sebelumnya yang diajukan oleh tim kampanye di Pennsylvania, yang berusaha untuk mengamati proses pembukaan amplop dan persiapan surat suara untuk penghitungan, dibatalkan oleh pengadilan tanpa mendengarkan argumen.

Hakim mengatakan dewan pemilihan bisa memberi ruang bagi lebih banyak pengamat jika memungkinkan.

“Itu adalah strategi hukum yang tidak masuk akal,” kata kepala program demokrasi di Brennan Center for Justice, Universitas New York, Wendy Weiser, seperti dikutip Bloomberg.

 “Trump pasti telah mencoba untuk meragukan keabsahan pemilu, dalam segala bentuk, sepanjang tahun, dan ini pasti cocok dengan pola itu,” lanjutnya.

Trump masih memimpin di Pennsylvania, tetapi ratusan ribu surat suara masih harus dihitung dan diperkirakan akan menguntungkan Biden. Sementara itu, Biden berbalik memenangkan wilayah Michigan dan mengamankan 16 suara elektoral di sana.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper