Bisnis.com, JAKARTA - Pekan depan, ekonomi terbesar di dunia, Amerika Serikat, menghadapi minggu yang sibuk dengan sejumlah agenda penting.
Salah satunya yakni Pemilihan Presiden yang mempertemukan petahana Donald Trump dan mantan Wakil Presiden Joe Biden pada Selasa (3/11/2020). Selain itu, ada pula pertemuan Federal Reserve dan rilis terbaru soal pasar tenaga kerja yang terdampak pandemi.
Dilansir Bloomberg pada Minggu (1/11/2020), ketiganya memiliki potensi untuk mengguncang pasar, tetapi yang utama yakni Pilpres.
Biden yang memimpin dalam pemungutan suara sebelumnya berjanji akan meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk membayar perpanjangan tunjangan pengangguran akibat virus, dan berinvestasi dalam proyek-proyek seperti infrastruktur dan energi hijau. Pengeluaran akan dibebankan pada utang dan pajak yang lebih tinggi bagi orang kaya dan perusahaan.
Sementara itu Trump, berencana menghabiskan empat tahun ke depan dengan memotong pajak dan peraturan, sambil terus melawan China atas praktik perdagangan dan teknologinya.
Siapa pun yang menang akan sangat bergantung pada suara perwakilan di Kongres. Para pakar semakin memprediksi Demokrat mengamankan Gedung Putih dan kedua kamar kongres.
Itu bisa menjadi pertanda baik untuk tambahan stimulus fiskal yang tertahan antara pemerintahan Trump dan para pemimpin Demokrat di Kongres dalam beberapa bulan terakhir, berkontribusi pada kekhawatiran tentang perlambatan di beberapa bagian ekonomi.
Usai pemilihan, Kamis pekan depan Gubernur Fed Jerome Powell diperkirakan akan menyambut kebijakan fiskal yang lebih longgar. Para bankir sentral secara luas diperkirakan akan menahan langkah-langkah stimulus tambahan di tengah-tengah pemilu. Powell mungkin membiarkan pintu terbuka untuk menyesuaikan pembelian obligasi Fed pada pertemuan berikutnya yang diperkirakan pada Desember.
Sehari berselang, pada Jumat pekan depan, laporan pasar tenaga kerja akan diumumkan. Diperkirakan akan terjadi penurunan tingkat pengangguran meskipun kenaikan gaji menunjukkan pemulihan tenaga kerja yang stabil.
"Nasib dari langkah-langkah fiskal berikutnya masih sangat tidak pasti hingga tahun depan, karena data ekonomi terus mengejutkan," ujar ekonom Bloomberg Yelena Shulyatyeva, Andrew Husby dan Eliza Winger.
Namun demikian, stabilitas makro mengaburkan pukulan yang semakin dalam di tingkat mikro. Kondisi keuangan yang optimistis berpusat pada rumah tangga berpenghasilan tinggi, sementara pukulan mendalam bagi rumah tangga berpenghasilan rendah membutuhkan tindakan fiskal segera.