Bisnis.com, JAKARTA - Salah satu cuitan mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad terkait tanggapannya atas penistaan agama yang dilakukan oleh Charlie Hebdo dan pernyataan kontroversial Presiden Prancis Emmanuel Macron, serta dampak yang ditimbulkannya, di-block pihak Twitter.
Melalui akun Twitter @chedetoofficial, sang perdana menteri memberikan tanggapan atas isu tersebut yang terbagi dalam 13 pernyataan, pada Kamis (29/10/2020).
Namun, pernyataan ke-12 di-block pihak Twitter dengan alasan melanggar ketentuan yakni ujaran kekerasan.
Adapun dikutip dari laman chedet.cc, pernyataan tersebut seakan-akan berisikan pembenaran bahwa Muslim berhak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis atas pembantaian di masa lalu.
Padahal, maksud dari pernyataan tersebut adalah ajakan untuk tidak membalas dendam karena pada umumnya kaum Muslim tidak menerapkan hukum “mata ganti mata” dan dia berharap orang Prancis pun tidak melakukannya.
Namun, dia meminta pemerintah Prancis mendidik rakyatnya untuk belajar menghargai perasaan orang lain.
Berikut ini adalah cuitan Mahathir yang di-block oleh Twitter:
“Muslims have a right to be angry and to kill millions of French people for the massacres of the past. But by and large the Muslims have not applied the “eye for an eye” law. Muslims don’t. The French shouldn’t. Instead the French should teach their people to respect other people’s feelings.”