Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam akan meluncurkan operasi militer baru di Suriah utara jika kelompok bersenjata Kurdi tidak dibersihkan dari daerah di sepanjang perbatasan dengan Suriah.
Dalam pidatonya kepada legislator partainya yang berkuasa di parlemen, pemimpin Turki itu juga mengatakan Rusia telah menyerang pemberontak Suriah yang didukung Turki di provinsi Idlib barat laut pada awal pekan ini.
Menurutnya, tindakan Rusia itu merupakan indikasi bahwa Moskow tidak mencari perdamaian abadi di wilayah tersebut.
“Jika semua teroris tidak disingkirkan… seperti yang telah dijanjikan kepada kami, saya ulangi sekali lagi bahwa kami memiliki alasan yang sah untuk campur tangan setiap saat. Kami merasa perlu,” kata Erdogan seperti dikutip Aljazeera.com, Kamis (29/10/2020)
Komentarnya itu muncul beberapa hari setelah seorang tersangka pejuang Kurdi, yang menurut para pejabat menyusup ke Turki dari Suriah. Dia kemudian meledakkan dirinya di sebuah kota di perbatasan provinsi Hatay setelah dilakukan pengejaran oleh polisi. Pejabat keamanan kemudian membunuh seorang pejuang kedua.
Dalam sambutan pertamanya pada serangan udara yang menewaskan puluhan pejuang Senin lalu, Erdogan mengecam serangan Rusia. Dia mengatkan serangan Rusia yang menargetkan pusat pelatihan pasukan Tentara Nasional Suriah adalah tanda bahwa perdamaian dan ketenangan abadi tidak diinginkan di wilayah tersebut.
Baca Juga
Serangan di daerah Jabal al-Dweila, yang menargetkan kamp pelatihan militer untuk Failaq al-Sham, salah satu kelompok bersenjata terbesar yang didukung Turki di daerah itu, menewaskan sedikitnya 35 orang.
Serangan itu adalah yang paling mematikan di Idlib, daerah kantong terakhir yang dikuasai pemberontak di Suriah sejak gencatan senjata yang ditengahi Turki-Rusia mulai berlaku pada bulan Maret.
Di Suriah, Rusia adalah pendukung utama pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad, sementara Turki mendukung segelintir faksi oposisi.
Aliansi Front Pembebasan Nasional yang didukung Turki mencakup 11 faksi Tentara Pembebasan Suriah yang semuanya didukung oleh Ankara. Tetapi pasukan itu itu tidak termasuk Hay'et Tahrir al-Sham, mantan afiliasi al-Qaeda yang saat ini menguasai sebagian besar provinsi Suriah barat laut.