Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Presiden AS, Barack Obama terus memperkuat serangannya terhadap Presiden Donald Trump lima hari menjelang pemilihan presiden pada 3 November mendatang.
Sebelumnya, dia mempermalukan penggantinya itu akibat kegagalan penanganan wabah Covid-19, karena menganggap enteng wabah yang berasal dari China tersebut.
Serangan yang intensif itu diperkirakan akan memperkuat posisi mantan wakil presiden Joe Biden untuk mengalahkan Trump pada saat yang menurutnya paling dibutuhkan.
Biden merupakan mantan wakil presiden selama dua periode di bawah kepemimpinan Barack Obama.
Menurut orang-orang yang dekat dengannya, Obama bersemangat menghukum Trump atas nama Biden, karena presiden dari Partai Republik itu sering mengkritisi sejumlah kebijakan seperti fasilitas kesehatan Obamacare.
Obama juga menyentil Trump terkait rekening rahasia mantan pengusaha properti itu di China.
"Bisakah Anda bayangkan, jika saya memiliki rekening bank China secara rahasia, ketika saya mencalonkan diri kembali?" ujar Obama dengan bercanda bertanya, mengutip laporan New York Times tentang rekening bank yang sebelumnya dirahasiakan yang dimiliki Trump di China.
Obama mengatakan kalau itu terjadi, maka masyarakat akan memanggilnya dengan julukan “Beijing Barry", dan hal itu tidak mungkin.
Strategi serangan itu akan berlanjut akhir pekan ini, ketika Obama bergabung dengan Biden dalam perjalanan kampanye di negara bagian utama Michigan pada Sabtu.
Sedangkan, wawancara antara pemain bola basket LeBron James dan Obama akan ditayangkan pada Jumat (30/10/2020).
Hal itu merupakan contoh terbaru dari mantan presiden yang ingin melibatkan pemilih muda dan kulit hitam untuk Biden seperti dikutip CNN.com, Kamis (29/10/2020).
David Axelrod, seorang teman lama dan penasihat Obama, menepis kritik bahwa mantan presiden itu tidak cukup aktif dalam kampanye sebelumnya.
Dia mengatakan akan jauh lebih berisiko untuk muncul lebih awal sehingga serangan Obama datang pada waktu yang tepat.
Pada kampanye sebelumnya Obama dengan enteng menyebut bagaimana Trump akan melindungi negara kalau dirinya saja ridak bisa aman dari wabah Covid-19. Hingga kini sedikitnya 215.000 warga AS meninggal dunia akibat serangan virus mematikan itu.