Bisnis.com, JAKARTA - Perdagangan global menunjukkan pemulihan yang lemah di kuartal ketiga, tetapi prospeknya tetap tidak pasti.
United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) dalam laporan Global Trade Update, memperkirakan penurunan perdagangan global pada kuartal ketiga mencapai 5 persen (year-on-year), melambat dari 19 persen pada kuartal sebelumnya.
Namun demikian, perlambatan penurunan itu tidak cukup untuk menarik perdagangan keluar dari garis merah.
UNCTAD juga memproyeksikan pemulihan yang lemah akan berlanjut pada kuartal keempat, dengan perkiraan awal sebesar -3 persen dibandingkan dengan kuartal terakhir 2019. Selain itu, sepanjang tahun ini perdagangan dunia diperkirakan menyusut 7 persen hingga 9 persen, bergantung pada penyebaran infeksi virus selama bulan-bulan musim dingin.
"Pandemi yang tidak pasti akan terus memperburuk prospek perdagangan dalam beberapa bulan mendatang," kata Sekretaris Jenderal UNCTAD Mukhisa Kituyi, dalam keterangan tertulisnya, dikutip Selasa (27/10/2020).
Meskipun penurunan 7 persen hingga 9 persen akan menjadi hasil negatif untuk tahun ini, Kituyi menyoroti bahwa ini adalah hasil yang jauh lebih positif daripada yang diharapkan pada Juni lalu, ketika UNCTAD memproyeksikan penurunan 20 persen.
Baca Juga
Sejak itu, tren perdagangan telah membaik terutama berkat dimulainya kembali kegiatan ekonomi di Eropa dan Asia Timur lebih awal dari yang diharapkan.
China secara khusus telah memulai kembali ekonominya jauh lebih awal dari perkiraan semula. Ekspor China, setelah jatuh pada bulan-bulan awal pandemi, menjadi stabil pada kuartal kedua 2020 dan pulih dengan kuat pada kuartal ketiga, dengan tingkat pertumbuhan dari tahun ke tahun hampir 10 persen.
"Secara keseluruhan, tingkat ekspor China selama sembilan bulan pertama 2020 sebanding dengan 2019 pada periode yang sama," tulis UNCTAD dalam laporannya.
Permintaan barang dan jasa China telah pulih dari penurunan pada kuartal kedua. Berlawanan dengan ekonomi utama lainnya, impornya stabil pada Juli dan Agustus, kemudian tumbuh sebesar 13 persen pada September. Pertumbuhan ekspor pada September juga tercatat di India (4 persen) dan Korea Selatan (8 persen).
Pada Juli, penurunan perdagangan cukup signifikan di sebagian besar wilayah kecuali Asia Timur. Namun, penurunan paling tajam dirasakan di kawasan Asia Barat dan Selatan, dimana impor turun 23 persen dan ekspor sebesar 29 persen.
Angka-angka Juli merupakan perbaikan dari penurunan impor 35 persen dan penurunan ekspor 41 persen yang tercatat pada kuartal kedua.
Selain itu, UNCTAD juga mencatat bahwa perdagangan di negara berkembang atau diantara belahan dunia selatan lebih tahan terhadap guncangan. Penurunan tajam dan meluas dalam perdagangan internasional pada kuartal kedua 2020 serupa terjadi di negara berkembang dan maju. Namun ekspor dari negara berkembang tampaknya pulih lebih cepat.
Pertumbuhan year-on-year ekspor negara-negara berkembang meningkat dari -17 persen pada triwulan kedua menjadi -6 persen pada Juli, sementara ekspor negara-negara maju meningkat dari -22 persen menjadi -14 persen.