Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi Kenya berkontraksi untuk pertama kalinya dalam hampir 12 tahun pada kuartal II/2020 karena dampak pandemi virus corona menghantam sektor-sektor utama.
Produk domestik bruto terkontraksi 5,7% dibandingkan dengan pertumbuhan 4,9% dalam tiga bulan hingga Maret dan ekspansi 5,3% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun, median estimasi enam ekonom dalam survei Bloomberg adalah kontraksi 2,3%.
Kenya mengonfirmasi perubahan Covid-19 pertamanya pada pertengahan Maret dan kemudian memberlakukan penutupan sebagian. Penghasil utama pendapatan asing termasuk pariwisata dan ekspor, seperti teh, bunga, buah-buahan dan sayuran menanggung beban terbesar dari langkah-langkah ini karena penguncian di pasar utama dan pembatasan perjalanan global.
“Kinerja buruk pada kuartal ini ditandai dengan kontraksi substansial dalam layanan akomodasi dan makanan, pendidikan, pajak atas produk, serta transportasi dan penyimpanan, yang menyebabkan penurunan yang signifikan,” kata Biro Statistik Nasional Kenya seperti dilansir Bloomberg, Jumat (16/10/2020).
Kenya, yang merupakan perekonomian terbesar ketiga Afrika, terakhir kali mengalami kontraksi pada kuartal ketiga 2008, ketika kekerasan pasca-pemilu menyebabkan penurunan output sebesar 1,6%.
Kuartal kedua tahun ini mungkin merupakan titik terendah bagi perekonomian Kenya. Gubernur Bank Sentral Kenya Patrick Njoroge menyebutkan indikator utama untuk kuartal ketiga menunjukkan pemulihan yang kuat dan bank sentral memperkirakan pertumbuhan PDB 3,1% untuk tahun ini. Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi perkiraan PDB bulan ini menjadi pertumbuhan 1% dari proyeksi sebelumnya kontraksi 0,3% untuk tahun ini.
Sementara ekonomi tampaknya berada di jalur pemulihan, sepertinya tidak akan mencatat pertumbuhan tahun ini, menurut Mark Bohlund, analis riset kredit senior di REDD Intelligence. "Kami menganggap kemungkinan ekonomi Kenya akan berkontraksi pada 2020 untuk pertama kalinya sejak 1993," katanya dalam komentar melalui email.