Bisnis.com, JAKARTA – Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara, menerima penghargaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) lantaran mampu menjaga dan menangaani penyebaran virus Corona atau Covid-19.
Sejak Maret hingga Mei, Kabupaten yang namanya mengambil dari tiga kepulauan yaitu Siau, Tagulandang, dan Biaro ini menuai prestasi sebagai daerah dengan predikat Zero Covid-19. Ternyata, peran pemuka adat dan tokoh agama jadi kunci tekan Covid-19.
Bupati Kepulauan Sitaro Evangelian Sasingen mengatakan prestasi itu yang membuat Sitaro menjadi salah satu kabupaten yang mendapatkan penghargaan tinggi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada hari Selasa (13/10/2020) lalu.
Eva mengatakan sebelum pemerintah mengumumkan secara resmi Covid-19, dirinya sudah menginformasikan kepada seluruh warga di sana untuk memperketat pengawasan di sepuluh pintu masuk pulau.
"Di setiap pintu ada pemeriksaan ketat. Awal-awal kami tidak menggunakan pelindung karena belum ada APD. Kami gunakan jas hujan sebagai pengganti," ujar Bupati Eva pada konferensi pers di Graha BNPB, Kamis (15/10/2020).
Eva menjelaskan kasus Covid-19 sempat muncul pada akhir Mei dan Juni dari satu klaster pasar. Saat itu, dirinya memutuskan menutup pasar untuk dilakukan sterilisasi.
Baca Juga
Untuk pasien positif langsung di-tracing sampai satu kelurahan. Begitu hasilnya reaktif mereka langsung ditampung di rumah singgah.
Selain membangun rumah singgah, Bupati Eva menambahkan pihaknya membentuk tim Gugus Tugas dari tingkat kecamatan, kelurahan, desa, sampai kampung. Tim gugus tugas ini memantu seluruh tamu yang masuk secara ketat dan dipantau sebelum beraktivitas di wilayahnya.
"Kami bangun rumah singgah di kabupaten, kecamatan, hingga desa semua ada. Setiap orang masuk harus diisolasi 2 minggu sebelum ke tempat tujuan," ujarnya.
Sementara itu, Tokoh adat Kabupaten Kepulauan Sitaro Erland Jaya Salindeho melanjutkan kerjasama masyarakat, budaya, dan pemerintah daerah sangat maksimal.
Adapun, tantangan yang dihadapi adalah sumber daya manusia di kampung-kampung terpencil. Namun semua itu teratasi dengan membentuk lembaga adat.
"Pembentukan lembaga adat itu memberi hasil positif untuk mengedukasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, dan penanganan bencana alam," ungkap Eva.