Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF Peringatkan Pemulihan Ekonomi Global Melambat

Menurut IMF, rebound perekonomian global mungkin memakan waktu setidaknya satu tahun lebih lama.
Logo The International Monetary Fund (IMF)./Reuters
Logo The International Monetary Fund (IMF)./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Dana Moneter Internasional atau IMF dipastikan akan membuat revisi kecil proyeksi pertumbuhan global pada pekan depan.

Direktur Pelaksana Kristalina Georgieva memperingatkan bahwa rebound perekonomian global mungkin memakan waktu setidaknya satu tahun lebih lama.

"Kami memperkirakan output global tetap jauh di bawah proyeksi prapandemi kami dalam jangka menengah. Untuk hampir semua negara, ini akan menjadi kemunduran bagi peningkatan standar hidup," katanya, dilansir Bloomberg, Rabu (7/10/2020).

Pernyataan tersebut menggarisbawahi perkiraan Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO bahwa rebound ekonomi juga akan melambat pada tahun depan karena didahului penurunan pada tahun ini.

WTO memperkirakan perdagangan tahun ini menurun 9,2 persen pada tahun ini dan akan naik 7,2 persen pada tahun depan. Pada proyeksi April, lembaga ini memperkirakan perdagangan 2020 turun 12,9 persen dan naik 21,3 persen pada 2021.

Proyeksi tersebut muncul saat rebound pada aktivitas ekonomi mulai menyusut menyusul munculnya gelombang kedua infeksi di beberapa bagian Eropa dan Amerika Serikat.

Eropa telah berjuang untuk mengendalikan pandemi dan kasus Covid-19 di Jerman meningkat paling tinggi sejak gelombang awal melanda pada April. Pemerintah Inggris, sementara itu, telah mendesak para pekerja untuk tinggal di rumah dan mengumumkan pembatasan yang lebih ketat yang bertujuan untuk mencegah penyebaran infeksi.

Laju pemulihan ekonomi AS juga melemah, karena pertumbuhan lapangan kerja melambat dan virus menyebar ke sebagian besar negara. Masalah ekonomi dapat terus berlanjut selama anggota parlemen AS tetap berselisih mengenai paket bantuan pemerintah yang baru.

WTO mengatakan kebijakan moneter dan fiskal telah membantu menopang pendapatan dan memungkinkan konsumsi dan impor untuk pulih setelah penguncian dikurangi.

"Musim gugur dan musim dingin memiliki banyak ketidakpastian. Ekspor Asia kuat tetapi agar ekspor itu dipertahankan, Anda membutuhkan permintaan yang kuat. Banyak hal bergantung pada stimulus pemerintah," kata Kepala Ekonom WTO Robert Koopman.

Penurunan 14,3 persen pada perdagangan barang global pada kuartal kedua 2020 menandai penurunan paling tajam sejak WTO mulai mencatat pada 2005. Penurunan paling tajam terjadi di Eropa, di mana ekspor turun 24 persen dan di Amerika Utara sebesar 21,8 persen.

Perdagangan sebagian besar barang manufaktur mencapai titik terendah pada April sebelum mulai pulih pada Mei dan Juni. Ekspor produk mobil mengalami penurunan terbesar dari semua barang yakni 70 persen pada April karena gangguan pasokan dan kurangnya permintaan konsumen.

Sementara itu, ekspor alat pelindung diri mengalami lonjakan pertumbuhan, mencatatkan kenaikan 92 persen pada kuartal kedua dan kenaikan 122 persen pada Mei.

"Penurunan akan lebih buruk jika Covid-19 lebih mematikan dan pemerintah tidak bertindak untuk menghentikan penyebarannya," kata Ekonom Senior WTO Coleman Nee.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper