Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PHK Massal Meluas dari AS hingga Eropa

Dampak buruk pandemi terhadap pasar tenaga kerja tidak terbatas pada perusahaan AS saja. Perusahaan di Eropa, Royal Dutch Shell dan Jerman Continental AG, juga mulai memangkas tenaga kerjanya.
Walt Disney/ilustrasi
Walt Disney/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di Amerika Serikat, Walt Disney Co. pada Selasa (29/9/2020) pekan lalu mengumumkan pemangkasan 28.000 pekerja di bisnis resor yang merosot.

Keputusan Walt Disney tersebut diikuti oleh beberapa perusahaan terbesar dunia dan kondisi ini bergulir lebih cepat.

Rabu keesokan harinya (30/9/2020), Allstate Corp., perusahaan asuransi mobil terbesar keempat di AS, mengatakan akan memangkas 3.800 pekerjaan, kira-kira 8 persen dari seluruh tenaga kerjanya.

Sementara itu, Goldman Sachs Group Inc. berencana untuk memangkas sekitar 400 pekerjaan setelah menghentikan sementara pengurangan pekerjaan pada awal krisis.

"Kehilangan pekerjaan pada awalnya terkonsentrasi di pekerjaan sektor jasa, tetapi dalam setiap penurunan ekonomi Anda pasti akan menemukan pemangkasan lebih lanjut karena perusahaan mencoba melindungi margin keuntungan," kata Brett Ryan, ekonom senior AS di Deutsche Bank Securities Inc, dilansir Bloomberg, Senin (5/10/2020).

Dampak buruk pandemi terhadap pasar tenaga kerja tidak terbatas pada perusahaan AS saja. Royal Dutch Shell Plc mengumumkan akan memangkas sebanyak 9.000 pekerjaan karena penghematan biaya miliaran dolar.

Dewan pengawas pemasok suku cadang mobil Jerman Continental AG menyetujui rencana restrukturisasi yang akan memangkas atau mengalihkan 30.000 pekerjaan di seluruh dunia.

Meskipun Shell tidak memberikan rincian lengkap tentang pemotongan tersebut, seorang juru bicara mengatakan bahwa posisi di tiga lapisan teratas perusahaan akan dikurangi seperlima.

"Di banyak tempat, kami memiliki terlalu banyak lapisan di perusahaan. Terlalu banyak tingkatan di antara saya, sebagai CEO dan operator serta teknisi di lokasi kami," kata kepala urusan minyak, Ben van Beurden.

Exxon Mobil Corp., yang sebelumnya berbangga karena menghadapi kejatuhan harga minyak tanpa melakukan PHK,

mengejutkan investor dan analis dalam beberapa bulan terakhir ketika menargetkan pemberhentian sebanyak 10% persen staf kantor AS.

Maskapai penerbangan AS juga sedang bersiap untuk memberhentikan puluhan ribu pekerja kecuali mendapatkan bantuan federal tambahan. American Airlines Group Inc. telah memperingatkan dapat memangkas 19.000 karyawan, sementara United Airlines Holdings Inc. berencana untuk menghentikan sekitar 12.000.

Di Jerman program cuti yang dibayar pemerintah masih menjadi penopang turunnya angka pengangguran. Pada bulan lalu pengangguran di ekonomi terbesar di Eropa itu turun 6,3 persen atau sekitar 8.000 menjadi 2,91 juta.

Subsidi pemerintah pada pasar tenaga kerja diperkirakan mendukung hampir 4 juta pekerja. Hal itu membantu menopang permintaan domestik dengan angka penjualan ritel naik 5,8 persen di atas level sebelum krisis pada Februari.

Pemerintah Jerman baru-baru ini memperpanjang program cuti hingga akhir 2021, yang diikuti negara-negara lain di Eropa. Bundesbank memperkirakan pemulihan ekonomi secara keseluruhan akan berlangsung dengan kecepatan yang lebih lambat selama sisa tahun ini.

Sementara itu di Inggris, sekitar setengah juta pekerjaan kemungkinan besar akan hilang pada bulan-bulan terakhir 2020. Menurut Institute for Employment Studies, Dinas Kebangkrutan Inggris mencatat sekitar 380.000 staf yang berisiko dipecat antara Mei dan Juli. IES memperkirakan 445.000 pemecatan terjadi dalam tiga bulan antara Juli dan September.

Bahkan jika kehilangan pekerjaan kemudian berkurang, mengikuti pola yang terlihat setelah resesi terburuk pada 2008-2009, masih ada 205.000 pemecatan sebelum akhir tahun.

"Data ini menunjukkan skala krisis pekerjaan yang kita hadapi di musim gugur. Restrukturisasi ini tidak dapat dihindari sepenuhnya. Kita dapat melakukan lebih banyak untuk meminimalkan kehilangan pekerjaan dan mendukung mereka yang paling berisiko", kata Tony Wilson, Direktur IES, dilansir Financial Times.

IES mengatakan pihaknya tidak mengasumsikan adanya peningkatan kehilangan pekerjaan sebagai akibat langsung dari pemerintah yang mengakhiri dukungan upah melalui skema cuti.

Adapun, kelompok bisnis telah memperingatkan bahwa perusahaan besar kemungkinan besar akan mengumumkan gelombang PHK sebagai persiapan untuk penutupan skema cuti pada akhir Oktober. Serikat pekerja mendesak pemerintah untuk memperpanjang skema tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper