Bisnis.com, JENEWA - Distribusi vaksin Covid-19 menjadi salah satu perhatian terkait upaya melawan wabah akibat virus Corona.
Sejumlah negara miskin diperkirakan memerlukan bantuan agar mendapat jatah distribusi vaksin uantuk warganya.
Setidaknya, 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah menjadi target yang akan dibantu untuk memperoleh vaksin, ketika vaksin yang saat ini sedang dalam pengujian dinyatakan bisa digunakan.
Distribusi vaksi Covid-19 yang berkeadilan menjadi salah satu hal penting dibalik peluncuran vaksi Covid-19, kelak.
Terkait hal itu, Dewan aliansi vaksin GAVI sepakat menyediakan hingga 150 juta dolar AS (sekitar Rp2,22 triliun). Dana tersebut dialokasikan untuk membantu 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah mempersiapkan pengiriman vaksin Covid-19 masa depan
Persiapan itu mencakup bantuan teknis dan peralatan mata rantai dingin vaksin.
Baca Juga
Dana awal akan membantu mendirikan fasilitas COVAX sekaligus memastikan bahwa program imunisasi rutin berkesinambungan di negara-negara yang memenuhi syarat, demikian pernyataan GAVI, Kamis (1/10/2020) waktu setempat.
Secara keseluruhan 168 negara telah bergabung dengan fasilitas vaksin global COVAX, yang diketuai oleh GAVI dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Di dalamnya termasuk 76 negara kaya atau swadaya.
Fasilitas vaksin global COVAX berencana mengirim 2 miliar dosis vaksin COVID-19 pada akhir 2021.
Sebelumnya, terkait COVAX, Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan sudah waktunya bagi semua negara untuk mulai menggunakan uang dari program pemulihan nasional Covid-19 mereka untuk membantu mendanai program vaksin global Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Program ACT-Accelerator dan fasilitas COVAX WHO sejauh ini telah menerima US$3 miliar, tetapi membutuhkan US$35 miliar lagi untuk program tersebut.
Program tersebut bertujuan memberikan dua miliar dosis vaksin Virus Corona pada akhir tahun depan, 245 juta perawatan, dan 500 juta tes.
"ACT-Accelerator menyediakan satu-satunya cara yang aman dan pasti untuk membuka kembali ekonomi global secepat mungkin. Upaya vaksin nasional di beberapa negara tidak akan membuka pintu ke ekonomi global dan memulihkan pendapatan," kata Guterres pada acara konferensi virtual seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Kamis (1/10/2020).
Guterres mengatakan program tersebut membutuhkan suntikan dana segera sebesar US$15 miliar untuk "menghindari kehilangan peluang" untuk pembelian dan produksi lebih awal.
Tujuannya untuk keperluan stok secara paralel dengan perizinan, meningkatkan penelitian, dan membantu negara-negara untuk menghadapi pandemi.
"Kami tidak dapat membiarkan keterbatasan akses dan ketidaksetaraan yang sudah sangat besar," kata Guterres dalam acara virtual tersebut.
Guterres meminta semua negara untuk meningkatkan donasinya ke WHO secara signifikan dalam tiga bulan ke depan.
Dia mencatat bahwa negara-negara maju telah kehilangan triliunan dolar akibat dampak sosial-ekonomi dari krisis, karena itu dia meminta partisipasi semua negara menghentikan penyebaran wabah mematikan itu.