Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emir Kuwait Sabah Al-Ahmad Wafat, Sheik Nawaf Penggantinya

Warga Kuwait dan para pemimpn Negara anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC) berduka dengan kepergian Emir Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah dalam usia usia 91 tahun.
Emir Kuwait Sheikh Sabah al Ahmad Al Sabah/Reuters
Emir Kuwait Sheikh Sabah al Ahmad Al Sabah/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Warga Kuwait dan para pemimpn Negara anggota Dewan Kerjasama Teluk (GCC) berduka dengan kepergian Emir Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah dalam usia usia 91 tahun.

Raja Salman dari Arab Saudi tadi malam menyampaikan ucapan belasungkawa kepada emir Kuwait yang baru, Sheikh Nawaf Al-Ahmad Al-Jaber Al-Sabah melalui saluran telepon.

Raja Arab Saudi itu menyatakan ‘kehilangan saudara tersayang,' begitu mendengar berita duka tersebut seperti dikutip ArabNews.com, Rabu (30/9/2020). Mendiang Emir Sabaah memerintah Kuwait sejak 2006 dan kembali dari Amerika Serikat pada tahun lalu usai menjalani perawatan.

"Kami telah kehilangan seorang saudara dan seorang pemimpin tersayang yang mengabdikan hidupnya untuk melayani negaranya, bangsa Arab dan Islam serta komunitas manusia," ujar Raja Salman.

Dia menilai almarhum memperoleh posisi terhormat dan sangat dihargai oleh para pemimpin dan rakyat dunia.

Raja Salman juga mengucapkan selamat kepada Syekh Nawaf yang telah mengambil alih kendali emir Kuwait dan mengatakan bahwa Kerajaan Arab Saudi mendukung Kuwait dan berharap negara tersebut lebih aman, makmur, dan stabil.

Lahir pada tahun 1929, mendiang penguasa yang menjabat sebagai menteri luar negeri Kuwait selama hampir 40 tahun itu mengambil alih kekuasaan pada tahun 2006. Dia dianggap sebagai arsitek kebijakan luar negeri Kuwait modern dan sangat dihormati di wilayah GCC dan wilayah Timur Tengah secara umum.

“Sheikh Sabah adalah orang yang cinta damai yang dikenal sebagai mediator dalam setiap konflik di GCC. Ini merupakan kerugian besar bagi warga dan ekspatriat di sini di Kuwait. Dia akan dirindukan,” kata Michelle Fe Santiago, seorang jurnalis Filipina yang berbasis di Kuwait sejak 1999 seperti dimutip Aljazeera.com.

“Dia membuat Kuwait mendapat reputasi sebagai negara sentris dalam politik Arab,” kata Clemens Chay, seorang peneliti di Institut Timur Tengah Universitas Nasional Singapura.

Seorang diplomat Prancis yang akrab dengan Kuwait mengatakan kepada Al Jazeera "Sejak 2017 Kuwait telah terlibat dalam upaya diplomatik, politik, ekonomi dan teknis yang tak henti-hentinya untuk tetap menghidupkan kerangka kerja regional multilateral GCC, terlepas dari semua serangan dari aktor regional lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper