Bisnis.com, PEKANBARU - Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia Provinsi Riau menyambut baik rencana pemerintah menyiapkan 1000 kamar untuk isolasi mandiri pasien Orang Tanpa Gejala (OTG) Covid-19 atau tenaga medis yang diinapkan. Atas rencana itu, pihaknya meminta sosialisasi lebih lanjut terlebih dahulu kepada pelaku usaha hotel bagaimana penerapannya.
Ketua PHRI Riau Nofrizal mengatakan sampai saat ini belum ada pembicaraan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru dengan PHRI mengenai rencana penyiapan kamar tersebut. Padahal menurutnya tidak semua hotel siap menerima tawaran dari pemerintah.
“1.000 kamar itu banyak. Artinya itu ada 1.000 orang diisolasi atau sewa kamar saja satu hari kali Rp300.000 sudah Rp300 juta,” katanya kepada Bisnis, Rabu (23/9/2020).
Dia menjelaskan kalau sampai menyewa sebanyak itu artinya kondisi Pekanbaru dan Riau sudah sangat gawat penyebaran Covid-19, lantaran rumah sakit dan tempat khusus lain yang disediakan pemerintah tidak sanggup menampung lagi.
Mengenai kesanggupan hotel menyediakan kamar tersebut, Nofrizal menyerahkan ke pelaku usaha. Karena keputusan menyanggupi permintaan kamar sebanyak itu menjadi kehendak pemilik hotel.
Rencananya pemerintah menanggung sewa kamar, pengobatan dan konsumsi selama masa isolasi mandiri. Nofrizal meminta pemerintah juga memperhatikan kesejahteraan karyawan hotel. Untuk merawat pasien bukan gampang, apalagi mereka bukan medis.
Dengan kondisi itu mereka pasti punya ketakutan luar biasa. Nah butuh pendidikan atau pelatihan khusus.
Sebagai contoh saat ini pihaknya memantau hotel yang ditunjuk Pemprov Riau Grand Suka dan Hotel Mutiara Merdeka, tetapi saat ini belum menerima pasien, masih sekadar persiapan saja. Jika pelatihan khusus diberikan kepada karyawan hotel terlaksana di tempat itu bisa saja hotel lain akan berminat untuk dijadikan isolasi mandiri pasien OTG Covid-19 dan penginapan tenaga medis.
Pengurus Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) DPD Riau Bidang Humas & Antar Lembaga Organisasi, Humas & Pemasaran, serta Event, Sosial & CSR Rahmi D Priss mengatakan pada prinsipnya mendukung kebijakan pemerintah apalagi untuk penanganan Covid-19.
Dia meminta pemerintah terlebih dahulu melakukan sosialiasi kepada pelaku usaha hotel. Di dalam sosialisasi ini terdiri detail pelaksanaan isolasi, SOP protokol kesehatan, detail jaminan kesehatan karyawan hotel. Kalau hal ini terpenuhi dan pelaku usaha menerima mungkin bisa kolaborasi.
“Kembali lagi keputusan kepada manajemen hotel masing-masing,” kata Rahmi.
Lantaran ada beberapa hotel yang punya batasan-batasan manajemen, misalkan hotel yang sudah kerjasama dengan beberapa perusahaan yang menjadi pelanggan tetap.
Lalu tidak bisa digabungkan dengan pasien lain. Sehingga hal itu tidak bisa membantu pemerintah dan pasien.
Rahmi memberi catatan selama jelas bentuk penanganannya, protokoler kesehatan, batasan-batasan yang diminta oleh pemerintah, kemudian pasca pelayanan pasien Covid-19 bagaimana harus jelas dari pemerintah. Setelah ketentuan yang ditawarkan pemerintah, kembali lagi ke pelaku usaha apakah bersedia menerima atau tidak.
GM Hotel Swiss-Bellinn SKA Pekanbaru ini menilai ada dampak positif dan resikonya bagi pelaku usaha jika menerima tawaran ini. Dari sisi positif sudah pasti tingkat hunian terisi dan hotel bisa memutar bisnis dari situ.
Resiko menerima hotel dijadikan akomodasi bagi pasien dan tenaga medis nantinya seperti tidak bisa menerima tamu lain baik pribadi maupun perusahaan, pelaksanaan Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) mesti ditiadakan untuk menjaga areal tetap steril.
“Kalau sudah ditentukan [hotel] yaudah menjadi 100 persen kamar tanggungjawab pemerintah. Tidak bisa diambil cuma 50 persen atau 30 kamar saja,” tegasnya.
Berdasarkan data Pemerintah Provinsi Riau per Rabu (23/9/2020), jumlah terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 5.889 orang, isolasi mandiri sebanyak 2.226 orang, sedang dirawat di RS sebanyak 879 orang, pasien sembuh 2.667 orang dan meninggal 117 orang.
Sementara yang suspek sebanyak 28.700 orang, isolasi mandiri 9.795 orang, isolasi di RS 204 orang, selesai isolasi 18.707 dan meninggal 74 orang.