Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham HSBC dan Standard Chartered Rontok Usai FinCEN Files Terkuak

Saham HSBC di Hong Kong turun sebanyak 4,4 persen menjadi 29,60 dolar Hong Kong, terendah sejak Mei 1995. Sedangkan saham Standard Chartered turun sebanyak 3,8 persen menjadi 35,80 dolar Hong Kong, terendah sejak 25 Mei tahun ini.
Demonstran berkumpul di Statue Square, di luar gedung kantor pusat HSBC. Sejumlah bank mulai menarik kebijakan work from office seiring dengan jumlah kasus positif Covid-19 yang meningkat di Hong Kongn/Fotografer: Kyle Lam / Bloomberg
Demonstran berkumpul di Statue Square, di luar gedung kantor pusat HSBC. Sejumlah bank mulai menarik kebijakan work from office seiring dengan jumlah kasus positif Covid-19 yang meningkat di Hong Kongn/Fotografer: Kyle Lam / Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Saham HSBC dan Standard Chartered Hong Kong rontok, Senin (21/9/2020) setelah media melaporkan bahwa keduanya berada diantara bank global yang memindahkan sejumlah besar dana terlarang selama hampir dua dekade.

Investigasi oleh Konsorsium Jurnalis Investigasi Internasional atau ICIJ itu didasarkan pada laporan aktivitas mencurigakan (SAR) yang bocor yang diajukan oleh bank dan perusahaan keuangan lainnya kepada Jaringan Penegakan Kejahatan Keuangan (FinCEN) Departemen Keuangan AS.

Dilansir The Strait Times, saham HSBC di Hong Kong turun sebanyak 4,4 persen menjadi 29,60 dolar Hong Kong, terendah sejak Mei 1995. Sedangkan saham Standard Chartered turun sebanyak 3,8 persen menjadi 35,80 dolar Hong Kong, terendah sejak 25 Mei tahun ini. Adapun, Indeks Hang Seng turun 0,4 persen.

Dalam sebuah pernyataan HSBC mengatakan semua informasi yang diberikan oleh ICIJ bersifat historis. Bank tersebut menyatakan pada 2012 pihak bank mulai merombang kemampuannya dalam memerangi kejahatan keuangan di lebih dari 60 yurisdiksi.

"Kami mengambil tanggung jawab kami untuk memerangi kejahatan keuangan dengan sangat serius dan telah berinvestasi secara substansial dalam program kepatuhan kami," kata Standard Chartered mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Saham HSBC merosot hingga di bawah titik terendah krisis keuangan global lebih dari satu dekade lalu. Tekanan juga berasal dari ketegangan politik di Hong Kong, dampak pandemi virus Corona, dan gejolak Brexit di Inggris.

Bank terbesar di Eropa itu telah terjebak dalam pusaran masalah selama setahun terakhir di tengah kerusuhan politik dan kekacauan ekonomi di pasar terbesarnya, Hong Kong.

Bank juga menghadapi kesulitan dalam menghadapi suku bunga rendah dan melonjaknya kerugian pinjaman yang dipicu oleh pandemi global.

Chief Executive Officer HSBC Noel Quinn, yang mengambil alih kepemimpinan pada Maret 2020, bulan lalu mengeluarkan peringatan keras tentang masa-masa sulit di masa depan sambil melaporkan bahwa laba semester pertama berkurang setengahnya dan memprediksi kerugian pinjaman bisa membengkak menjadi US$ 13 miliar tahun ini. Quinn mengatakan bank akan mencoba untuk mempercepat perombakan operasi globalnya, mempercepat poros lebih lanjut ke Asia karena operasi Eropa kehilangan uang.

Berjuang untuk meningkatkan keuntungan, pemberi pinjaman telah mendapat kecaman baik di Barat maupun di China karena terlibat dalam ketegangan politik. HSBC dikecam di AS dan Inggris atas dukungannya terhadap undang-undang keamanan baru China di Hong Kong, sementara media China yang didukung pemerintah telah menyuarakan ketidaksenangan atas peran pemberi pinjaman dalam penyelidikan AS terhadap Huawei Technologies.

Lonjakan pendapatan dari bisnis pasarnya telah gagal menutupi kekurangan yang lebih luas, tidak seperti di beberapa pesaing Wall Street dan Eropa. Saham HSBC telah jatuh lebih tajam dari kebanyakan pesaing besar tahun ini, dengan Citigroup dan JPMorgan Chase & Co membukukan penurunan masing-masing sebesar 44 persen dan 29 persen.

Lebih buruk lagi, HSBC memicu kemarahan di Hong Kong awal tahun ini, mengasingkan beberapa investor paling setia, setelah membatalkan dividennya sebagai tanggapan atas pandemi. Bank tersebut termasuk yang berkinerja terburuk pada benchmark indeks Hang Seng sepanjang tahun ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper