Bisnis.com, JAKARTA - Presiden China Xi Jinping bertemu secara virtual dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan para pemimpin Eropa hari ini. Konferensi Tingkat Tinggi ini juga dihadiri Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan pemimpin Dewan Eropa Charles Michel.
Pertemuan ini merupakan bagian dari upaya China agar Eropa tak merapat ke Amerika Serikat dalam berbagai sengketa mulai dari akses pasar hingga hak asasi manusia. Pertemuan tersebut awalnya dimaksudkan untuk melibatkan perwakilan dari 27 anggota Uni Eropa di Leipzig untuk menandai enam bulan kepemimpinan Jerman di Dewan Uni Eropa.
Beijing berupaya untuk menstabilkan hubungan yang ikut terpukul pandemi, kemerosotan ekonomi, situasi politik di Hong Kong, dan tuntutan AS untuk bersatu melawan Beijing. KTT itu dilakukan menjelang pemilihan presiden AS yang dapat mengubah pendekatan Washington ke Brussels. Dewan Eropa juga diketahui akan menggelar KTT pada akhir bulan ini untuk merundingkan kebijakan yang seragam terkait China.
Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire mengatakan bahwa Eropa perlu mengambil posisi bersatu dalam menangani China.
"UE harus menentukan kepentingannya sendiri, harus kuat dan independen, baik dari China maupun AS. Ini sangat penting agar berhasil di abad ke-21," kata Le Maire, dilansir Bloomberg, Senin (14/9/2020).
Selain pertanyaan mendesak tentang perang global melawan Covid-19 dan akses pebisnis, kedua belah pihak terus menghadapi ketidaksepakatan tentang akses pasar dan keamanan data. AS menuntut dukungan yang lebih besar dari Eropa pada dua masalah ini.
Baca Juga
Bulan lalu, Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo menyatakan dalam pidatonya di Praha bahwa China merupakan ancaman yang lebih besar bagi kawasan itu daripada Rusia.
"Uni Eropa tidak akan lagi puas dengan lebih banyak janji dari China, tetapi menginginkan tindakan konkret, seperti agar mereka tercermin dalam keputusan pemerintah," kata Wang Yiwei, mantan diplomat China di Brussels dan direktur Pusat Studi Eropa Universitas Renmin. Dia mengatakan masih ada kemungkinan hubungan China dan UE akan berubah.
Sementara itu, upaya China untuk melawan tekanan eksternal telah menghadapi kerumitan, dengan pemberlakuan Beijing atas undang-undang keamanan nasional di Hong Kong pada Juni memicu kritik terhadap catatan negara tentang masalah hak asasi manusia.
Ketegangan dengan Eropa juga tampak baru-baru ini. Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas menegur mitranya dari China, Wang Yi, karena mengancam hubungan dengan Republik Ceko atas perjalanan seorang anggota parlemen Ceko ke Taiwan.
Surat kabar Partai Komunis Global Times menyatakan dalam editorial Senin menjelang pertemuan bahwa adalah kepentingan Eropa untuk memperkuat hubungan dengan China.
"Terlepas dari semua keributan itu, Eropa akan terus memperluas kerjasama dengan China," kata surat kabar itu.