Bisnis.com, JAKARTA - Negara Teluk Bahrain telah mencapai kesepakatan penting untuk sepenuhnya mendamaikan hubungan denga Israel. Langkah yang dilakukan tersebut menyusul Uni Emirat Arab yang telah lebih dulu menormalisasi hubungan diplomatiknya dengan negara tersbut.
Hal ini terungkap dari postingan Presiden Amerika Serikat Donald Trump melalui akun twitter resminya, seperti dikutip dari BBC News, Sabtu (12/9/2020).
"Terobosan sejarah lain hari ini! Dua teman hebat kita, Israel dan Lerajaan Bahrain menyetujui kesepakatan damai. Negara Arab kedua yang berdamai dengan Israel dalam 30 hari," demikian postingannya.
Presiden Trump juga memposting di Twitter salinan pernyataan bersama antara ketiga pemimpin – yaitu Trump, Netanyahu dan Raja Bahrain Hamad bin Isa bin Salman al-Khalifa.
"Ini adalah terobosan bersejarah untuk perdamaian lebih lanjut di Timur Tengah yang akan meningkatkan stabilitas, keamanan, dan kemakmuran di kawasan", bunyi pernyataan tersebut.
Selama beberapa dekade, sebagian besar negara Arab telah memboikot Israel, bersikeras bahwa mereka hanya akan menjalin hubungan setelah perselisihan Palestina diselesaikan.
Baca Juga
Namun bulan lalu Uni Emirat Arab (UEA) menyetujui untuk menormalisasi hubungannya dengan Israel melalui kesepakatan yang dijembatani oleh AS. Ada banyak spekulasi bahwa Bahrain juga akan mengikuti.
Bahrain merupakan negara Arab keempat di Timur Tengah - setelah UEA, Mesir, dan Yordania - yang mengakui Israel sejak didirikan pada tahun 1948.
Bahrain sendiri merupakan sebuah negara kepulauan kecil yang menjadi rumah bagi markas regional Angkatan Laut AS. Arab Saudi pada tahun 2011 mengirim pasukan ke Bahrain untuk membantu memadamkan pemberontakan dan, bersama Kuwait dan UEA, pada 2018 menawarkan dana talangan ekonomi sebesar US$ 10 miliar kepada Bahrain.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia "senang" bahwa "perjanjian perdamaian " telah dicapai dengan negara Arab lain pada hari Jumat.
"Ini adalah era baru perdamaian. Damai untuk perdamaian. Ekonomi untuk ekonomi. Kami telah berinvestasi dalam perdamaian selama bertahun-tahun dan sekarang perdamaian akan ditanamkan dalam diri kami," katanya.
Ini sekaligus menjadi pencapaian diplomatik untuk Presiden Trump dan menantu laki-lakinya Jared Kushner, yang sebagian besar menengahi perjanjian dengan Bahrain dan Uni Emirat Arab.
Sekembalinya dari perjalanan baru-baru ini ke Timur Tengah, Kushner mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintahan Trump telah "melepaskan energi positif" di wilayah yang "cukup luar biasa".
Poin-poin Gedung Putih menunjukkan bagaimana Trump akan membingkai kredensial pembuat kesepakatan internasionalnya untuk kampanye pemilihannya: sebagai pertanda perdamaian dan kemakmuran Timur Tengah, dengan lebih banyak negara Arab dan Muslim kemungkinan akan ikut serta untuk menormalkan hubungan dengan Israel.
Ini akan memungkinkan Trump mengalihkan perhatian dari "Kesepakatan Abad Ini" yang gagal dia capai yaitu perdamaian Israel-Palestina. Proyek tersebut secara luas dikritik karena sangat memihak Israel dan ditolak oleh Palestina.