Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan saingannya di Pilpres AS 2020 dari Partai Demokrat, Joe Biden bertengkar soal aksi kekerasan yang menelan korban tewas di Portland, Oregon.
Trump menyalahkan Wali Kota Portland dari Partai Demokrat, Ted Wheeler, karena dituduh membiarkan "kematian dan kehancuran kotanya".
Namun, Biden mengatakan presiden "dengan ceroboh telah mendorong aksi kekerasan".
Seorang pria ditembak mati di Portland pada Sabtu (29/8/2020), saat pelaku unjuk rasa pro-Trump bentrok dengan pengunjuk rasa Black Lives Matter yang membela kematian warga kulit hitam.
Portland telah menjadi titik nyala untuk demonstrasi menentang kebrutalan polisi dan rasisme sejak pembunuhan polisi terhadap George Floyd, warga AS keturunan Afrika-Amerika di Minneapolis pada 25 Mei 2020 yang memicu gelombang kemarahan nasional dan internasional.
Wali Kota Wheeler meingatkan adanya orang-orang yang datang ke kota itu untuk melakukan aksi balas dendam akibat maraknya posting media sosial.
"Bagi Anda yang mengatakan di Twitter pagi ini bahwa Anda berencana datang ke Portland untuk melakukan pembalasan, saya meminta Anda untuk menjauh," katanya.
Dia juga membalas kritik Trump, dengan mengatakan bahwa Presiden AS-lah yang telah "menciptakan kebencian dan perpecahan".
"Saya akan menghargai jika presiden mendukung kami atau tidak ikut campur," katanya seperti dikutip BBC.com, Senin (31/8/2020).
Sementara itu, beberapa aktivis menyerukan pengunduran diri sang walikota dengan mengatakan dia tidak mampu menyelesaikan aksi protes.
Dalam serangkaian pesan di Twitter kemarin, Trump mengatakan bahwa "Portland tidak akan pernah pulih karena wali kota yang bodoh".
Dia kemudian menyarankan pengiriman pasukan federal ke kota tersebut, dan menuduh Biden "tidak mampu memimpin".
Sedangkan dalam sebuah pernyataan, Biden mengatakan: "[Trump] mungkin percaya tentang hukum dan ketertiban yang membuatnya kuat, tetapi kegagalannya untuk meminta pendukungnya untuk berhenti mencari konflik menunjukkan betapa lemahnya dia."
Hukum dan ketertiban adalah tema utama kampanye sebagai upaya Presiden Trump untuk terpilih kembali.
Dia menggambarkan Demokrat dan kandidat mereka Joe Biden sebagai orang yang lunak dalam kejahatan.
Sebelumnya, penjabat Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS, Chad Wolf mengatakan para pejabat Demokrat di Portland telah membiarkan "pelanggaran hukum dan kekacauan" berkembang.
"Semua pilihan ada di meja untuk menyelesaikan situasi," ujarnya.
Demokrat menanggapi dengan mengatakan kekerasan terjadi di bawah kepresidenan Trump dan menuduh pemimpin AS telah memperburuk situasi dengan retorikanya.