Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi Malaysia menderita kontraksi terbesar sejak krisis keuangan Asia 1998 silam pada kuartal II/2020.
Mengutip Bloomberg, Produk Domestik Bruto (PDB) Malaysia pada kuartal II/2020 mengalami kontraksi -17,1 persen year on year (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya. Ini menjadi kontraksi ekonomi terdalam sejak kuartal IV/1998.
PDB Malaysia tersebut lebih rendah dibandingkan median survei Bloomberg yang memerkirakan kontrak -10,9 persen yoy.
Menurut keterangan Bank Negara Malaysia, sektor jasa dan perdagangan menjadi penyumbang terbesar terhadap kontraksi PDB Malaysia. Sektor ini anjlok 16,2 persen pada kuartal II/2020 dan menyumbang 57,8 persen terhadap porsi PDB Malaysia.
Selanjutnya, sektor manufaktur dengan kontribusi 22,3 persen terhadap PDB tercatat melemah 18,3 persen pada kuartal II. Adapun sektor pertambangan melemah 20 persen di kuartal II/2020.
Sementara itu, sektor konstruksi mencatat pelemahan paling dalam pada kuartal kedua dengan anjlok 44,5 persen. Meskipun begitu, sektor ini hanya menyumbang 3,1 persen dari porsi PDB. Adapun hanya sektor pertanian yang berekspansi dengan kenaikan 1 persen pada kuartal II/2020.
Dari sisi permintaan, seluruh komponen permintaan akhir mengalami penurunan kecuali pengeluaran konsumsi akhir Pemerintah yang tumbuh positif sebesar 2,3 persen. Adapun, konsumsi akhir swasta turun 18,5 persen, pembentukan modal tetap bruto menyusut 28,9 persen, ekspor turun 21,7 persen, sementara impor menyusut 19,7 persen.
Data ekonomi tersebut menunjukkan pukulan parah karena Malaysia selama ini bergantung kepada sektor perdagangan. Namun, sektor itu menderita selama pandemi Covid-19.
“Ekspor anjlok karena gangguan rantai pasokan, sementara belanja konsumen merosot di tengah lockdown yang diperpanjang,” papar laporan PDB Malaysia, Jumat (14/8/2020).