Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Republik Indonesia periode 2004-2009 dan 2009-2014, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan pandangan terkait kebijakan penanganan resesi ekonomi.
Melalui wawancara yang disiarkan CNBC Tv Indonesia, Jumat (14/8/2020), SBY memberikan pandangan soal kondisi ekonomi terkini, sekaligus membandingkan dengan periode kepemimpinannya.
Dalam 10 tahun kepemimpinan SBY, tepatnya pada 2008, Indonesia dihadapkan pada tekanan ekonomi juga. Hanya saja saat itu, ada sejumlah negara yang tetap tumbuh. Berbeda dengan kondisi saat ini, semua negara di dunia tertekan kinerja ekonominya imbas dari pandemi Covid-19.
"Saya berharap tidak perlu sangat cemas, atau risau, kalau harus mengalami resesi ekonomi, karena dunia resesi, bangsa lain juga mengalamai sama," jelasnya.
Menurutnya, pemerintah mempunyai kesempatan pada kuartal ketiga dan keempat tahun ini untuk menahan resesi (pertumbuhan negatif) semakin dalam. Terlebih data kuartal kedua sektor yang tertekan sudah terlihat, konsumsi, pengeluaran pemerintah, ekspor impor, industri maupun perdagangan.
"Kalau memang seperti itu, lakukan sesuatu untuk semuanya," kata SBY yang juga menulis buku Pandemi Covid-19, Jangan Ada yang Dikorbankan, Manusia dan Ekonomi, Keduanya Dapat Diselamatkan.
Baca Juga
SBY mengatakan saat konsumsi rendah, pengangguran bertambah dan daya beli menurun, maka yang dihadapi pemerintah tidak mudah. Namun demikian, harus tetap ditempuh berbagai upaya agar terbebas dari resesi.
"Sangat tergantung seberapa cekatan mencegah menurun perekonomian dalam negeri," ujarnya.
Menurutnya ada tiga agenda prioritas yang bisa dilakukan pemerintah. Mencegah penurunan produk domestik bruto secara signifikan. Mengatasi pengangguran. Bantuan langsung bagi rakyat, terutama golongan miskin.