Bisnis.com, JAKARTA – Program pelatihan yang diberikan PT Pertamina Patra Niaga kepada keluarga awak mobil tangki di Depo Rewulu, Yogyakarta, berbuah positif dalam menggerakkan aktivitas ekonomi para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di daerah tersebut.
Pertamina Patra Niaga memberikan pelatihan pembuatan makanan kepada para Istri dari awak mobil tangki (AMT) di Depo Rewulu, Yogyakarta. Pelatihan ini telah dilakukan secara rutin sejak 2 tahun lalu kepada tiga kelompok istri AMT di daerah tersebut.
Setiap kelompok yang mengikuti pelatihan ini terdiri dari dari lima orang. Pelatihan, termasuk evaluasi produk, dilakukan secara berkala setiap bulan. Produk yang dihasilkan juga cukup beragam, mulai dari jamur krispi, nugget ayam, hingga nugget jamur.
Manager Corporate Communications & CSR PT Pertamina Patra Niaga, Ayulia mengatakan Pertamina Patra Niaga memang didesain agar untuk membantu pengembangan UMKM. Adapun, pelatihan yang diberikan merupakan bagian dari program CSR perusahaan.
“Kami senang apa yang kami lakukan bisa dikembangkan dan ditularkan ke lingkungan sekitar. Inilah energi positif yang akan membangun dan menguatkan Indonesia,” katanya melalui siaran pers, Rabu (13/8/2020).
Dia mengatakan bahwa perseroan selau peduli terhadap para pengusaha mikro kecil menengah. Perseroan, lanjutnya, memercayai bahwa UMKM adalah penggerak perekonomian rakyat. Menurutnya, UMKM yang tangguh menjadi dasar perekonomian Indonesia.
Siyamiyati, 47 tahun, istri dari sopir AMT Depo Rewulu bernama Wagiono, adalah salah satu peserta pelatihan yang digelar perseroan. Sebelumnya, dia berprofesi sebagai penjahit. Namun, setelah dua tahun mengikuti pelatihan, kini dia memiliki keahlian untuk menghasilkan olahan jamur dan nugget.
“Saya bersyukur mendapat pelatihan ini karena saya bisa membuat olahan jamur dan nugget. Minimal kalau tidak dijual, bisa dikonsumsi keluarga. Selain itu, dengan adanya kelompok usaha para istri AMT, saya bisa menambah jalinan persaudaraan,” kata Siyamiyati, dikutip dari keterangan pers, Rabu (12/8/2020).
Kendati demikian, dia memilih untuk tetap fokus pada usaha menjahit dan tidak mengembangkan kemampuannya untuk usaha lebih jauh. Menurutnya, dia tak punya cukup waktu untuk benar-benar mengembangkan usaha tersebut sebagai sampingan.
Meski begitu, kemampuan yang diperolehnya tetap dimanfaatkan dengan baik dengan cara menularkan pengetahuannya kepada para tetangga, khususnya anggota Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) setempat. Hasilnya, kini ‘murid-muridnya’ bisa mengembangkan olahan nugget secara mandiri, bahkan dengan inovasi baru.
“Mereka [anggota PKK] membuat nugget daging dan nugget dari singkong. Jadi seperti combro, makanan tradisional Jawa, tapi tanpa tempe. Luarnya dibikin seperti nugget, ditusuk dengan stik es krim dan laku dijual Rp1.000 per buah,” katanya.