Bisnis.com, JAKARTA – Sekolah vokasi pernah dicap menjadi penyumbang pengangguran terbesar di Indonesia. Dirjen Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengungkapkan hal itu tak akan lagi terjadi.
Dirjen Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Wikan Sakarinto mengungkapkan bahwa saat ini di seluruh SMK di Indonesia, kurikulumnya terus diperbarui dan disesuaikan dengan kebutuhan industri.
"Setelah saya roadshow ke banyak SMK di Indonesia tiap tahun kurikulumnya disinkronkan dengam industri. Ternyata hanya 20 persen yang menganggur. 80 persennya bekerja, terserap, atau kuliah," terang Wikan saat melakukan kunjungan ke SMKN 27 Jakarta, Selasa (11/8/2020).
Dengan industri juga butuh sumber daya manusia (SDM) sampai bikin kelas khusus di SMK, seharusnya sekarang lulusan SMK bisa langsung diserap industri, tak hanya yang besar tapi ada juga dari UMKM, Pemda, dan organisasi non-pemerintah (NGO).
"Indonesia cuma kurang komunikasi," tegasnya.
Dia menegaskan kepada lulusan SMK juga jangan sampai hanya menganggur. Lulus SMK jika tak langsung kerja tetap bisa kuliah, jadi lulusan sarjana terapan /D4 dan bisa lanjut S2 terapan.
Baca Juga
"Kita sudah MoU dengan universitas di Jerman untuk bisa menyediakan S2 terapan di Jerman," kata Wikan.
Dia menegaskan kalau Indonesia mau maju, vokasinya juga harus maju.
Salah satu kelebihan SMK, kata Wikan, adalah bisa menyalurkan minat anak. Hal bisa membuat anak belajar dengan lebih bahagia dan tanpa keterpaksaan.
"Sepertinya, kita masih harus menyadarkan orang tua siswa SMP se-Indonesia kalau satu-satunyanya jalan untuk sukses di Indonesia adalah masuk SMA favorit, padahal di SMK bisa juga, apalagi kalau di SMK dia belajar sesuai passion," terang Wikan.