Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Presiden Ma'ruf Amin mendorong para peneliti dalam negeri agar melakukan sertifikasi karyanya sehingga dapat dimanfaatkan secara efektif.
Dia mengakui pengembangan sebuah inovasi tidaklah mudah lantaran banyak tahapan yang harus dilewati sebelum inovasi tersebut dapat dikomersialkan atau dipasarkan.
Dalam konteks inovasi di bidang medis misalnya, tahapan yang harus diikuti antara lain seperti proses sertifikasi, uji klinis, izin produksi dan izin edarnya.
"Saya berharap para peneliti atau inovator dapat melalui tahapan ini sesuai dengan prosedur yang ada, seperti proses sertifikasi yang benar atau uji klinis jika berkaitan dengan obat-obatan," kata Ma'ruf Amin dalam sambutan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-25, Senin (10/8/2020).
Telah banyak inovasi yang dihasilkan oleh anak bangsa, tetapi hanya sedikit yang dapat dikomersialkan atau dipasarkan.
Menurut Data Global Innovation Index (GII) 2019, peringkat Indonesia berada di posisi 85 dari 129 negara di dunia. Sedangkan posisi Indonesia di Asean, peringkat inovasinya ada di posisi kedua terendah di atas Kamboja.
Baca Juga
Bandingkan dengan Singapura (peringkat ke-8) dan Malaysia (peringkat ke-35) yang ekonominya berbanding lurus dengan budaya inovasinya.
Indonesia mempunyai alokasi anggaran lebih besar (US$2,13 miliar) dibanding Vietnam, tetapi jumlah sumber daya peneliti Indonesia hanya 89 orang/1 juta penduduk, dibandingkan Vietnam jumlah peneliti 673/1 juta penduduk.
Di samping itu, alokasi anggaran R&D Indonesia terbesar dari pemerintah (40 persen), sedangkan alokasi anggaran R&D Vietnam terbesar dari sektor industri (52 persen).
"Oleh karena itu, saya menghimbau para peneliti dan inovator harus melalui tahapan sesuai prosedur sebelum dikomersialkan," ujar Wapres Ma'ruf.