Bisnis.com, JAKARTA - Divisi otomotif BMW AG merugi hingga menyeret perusahaan ke posisi merah untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade. Hasil itu melengkapi kuartal yang suram bagi pembuat mobil Eropa karena pukulan pandemi virus corona.
Pabrikan Jerman ini kehilangan 666 juta euro (US$787 juta) sebelum bunga dan pajak antara April dan Juni, defisit triwulanan pertama sejak krisis keuangan 2009. Bisnis mobil BMW, yang mencatat kerugian lebih besar dari perkiraan terjadi didorong pengiriman yang anjlok karena penutupan dealer dan pabrik selama pandemi.
BMW adalah pabrikan Jerman terakhir yang melaporkan hasil keuangan. Baru-baru ini, VW melaporkan kerugian 2,4 miliar euro dan memotong dividennya, sementara Daimler AG berpendapat bahwa perusahaan telah melewati fase terburuk tetapi masih perlu memangkas puluhan ribu pekerjaan.
Aliansi Renault SA dengan Nissan Motor Co. berada di bawah tekanan karena mitra Jepang itu sebagian besar disalahkan atas kerugian yang dialami dengan kerugian US$8,6 miliar.
Saham BMW jatuh sebanyak 4,4 persen pada awal perdagangan di Frankfurt. Selama tahun berjalan, saham BMW telah tergerus lebih dari seperlimanya.
Titik terang untuk BMW datang dari China yang mulai pulih sejak April dan mencatat pertumbuhan volume selama tiga bulan hingga Juni dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya. BMW akan mulai memproduksi mobil listrik iX3 di China tahun ini, di mana produk baru juga akan dijual pertama kali kepada pelanggan.
Baca Juga
Pengiriman mobil listrik dan hibrida naik pada kuartal tersebut karena negara-negara termasuk Jerman dan Prancis menaikkan subsidi untuk kendaraan. Perusahaan mengharapkan pertumbuhan lebih lanjut dari sektor itu pada paruh kedua tahun ini.