Bisnis.com, JAKARTA - Uni Emirat Arab (UEA) menjadi negara Arab pertama yang memulai operasi pembangkit listrik bertenaga nuklir.
Dilansir dari Arabnews, Sabtu (1/8/2020), pembangkit energi nuklir Barakah milik Nawah Energy Company, anak usaha dari Emirates Nuclear Energy Company (ENEC), telah sukses mengoperasikan unit 1.
"Tim telah sukses memuat bahan bakar nuklir dan melakukan tes komprehensif. Saya mengucapkan selamat kepada saudara Mohamed bin Zayed terhadap pencapaian ini," seperti dikutip dari akun resmi Twitter milik Wakil Presiden dan Perdana Menteri UEA Mohammed bin Rashid Al-Maktoum.
Pengoperasian ini menjadi momentum bersejarah bagi dunia Arab lantaran menjadi batu loncatan besar terhadap program pembangkit energi yang bersih paling tidak untuk 60 tahun ke depan.
CEO ENEC Mohamed Ibrahim Al-Hammadi mengatakan pengoperasian unit 1 menandakan pertama kalinya reaktor memproduksi panas yang akan digunakan untuk menciptakan uap yang akan membuat turbin memproduksi listrik.
"Hari ini adalah momen bersejarah bagi UEA. Ini adalah puncak dari lebih dari visi satu dekade, perencanaan strategis, dan manajemen program yang kuat," katanya.
Baca Juga
Dengan demikian, perusahaan ini menargetkan menyuplai listrik bagi seperempat kebutuhan nasional.
Dibangun dan dijalankan oleh perusahaan patungan dengan Korea Electric Power Corp, pembangkit listrik Barakah dapat beroperasi penuh secara komersial selama beberapa bulan ke depan.
Negara-negara Arab lainnya termasuk Arab Saudi dan Mesir juga berencana mengadopsi tenaga nuklir meskipun ada pertanyaan tentang biaya dan keamanan.
Dikutip dari Bloomberg, UEA menargetkan untuk memiliki empat reaktor nuklir yang beroperasi pada tahun 2023.
Pembangkit tersebut, yang terletak di sepanjang jalur padang pasir yang jarang penduduknya di pantai Teluk Persia dan diperkirakan menelan biaya total US$25 miliar.
Pemerintah mengharapkan reaktor tersebut dapat memproduksi sebanyak 5,6 gigawatt energi atau sekitar seperlima dari kapasitas pembangkit terpasang negara Timur Tengah itu saat ini.
Pertengahan 2020 juga menjadi waktu bersejarah bagi dunia sains UEA setelah meluncurkan misi ruang angkasa pertamanya ke Mars pada 20 Juli lalu.
Misi bernama Hope itu diluncurkan dari Tanegashima Space Center Jepang pukul 06:58 pagi waktu Jepang atau sekitar pukul 09:00 waktu Indonesia bagian barat untuk misi selama tujuh bulan ke planet merah.
Misi itu akan mengorbit dan mengirim kembali data tentang atmosfer. Menurut Menteri Ilmu Pengetahuan Uni Emirat Arab (UEA) Sarah Amiri, peluncuran ini menelan biaya US$200 juta.