Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah China akhirnya mewujudkan ancamannya. Pemerintahan Presiden Xi Jinping memerintahkan Amerika Serikat untuk menutup kantor konsulat AS di kota barat daya Chengdu.
Langkah balasan ini direalisasikan hanya berselang sekitar 48 jam setelah tersiar informasi bahwa pemerintah AS memerintahkan China untuk menutup kantor konsulatnya di Houston.
“Tindakan yang diambil oleh China adalah respons yang sah dan perlu atas tindakan yang tidak bisa dibenarkan dari AS,” papar Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah pernyataan, Jumat (24/7/2020), seperti dilansir Bloomberg.
“Ini sesuai dengan hukum internasional, norma dasar hubungan internasional, dan praktik diplomatik adat,” imbuhnya.
Dibuka pada 1985, kantor konsulat AS di Chengdu mencakup wilayah Sichuan, Yunnan, Guizhou, dan Chongqing di barat daya Negeri Tirai Bambu.
Konsulat ini juga berfungsi sebagai pos pemantau AS untuk perkembangan di Tibet, di mana upaya Partai Komunis untuk menekan perbedaan pendapat telah lama menjadi fokus ketegangan antara China dan Barat.
Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa pihaknya telah membuat tuntutan khusus atas penghentian semua operasi dan agenda oleh konsulat AS tersebut.
“Situasi saat ini dalam hubungan China-AS bukanlah yang diinginkan China untuk dialami, dan AS bertanggung jawab atas semua ini,” lanjut Kemenlu China pada Jumat.
“Kami sekali lagi mendesak AS untuk segera menarik kembali keputusannya yang salah dan menciptakan kondisi yang diperlukan untuk membawa hubungan bilateral kembali ke jalurnya,” tandasnya.
Sentimen di pasar saham China pun memburuk pada perdagangan Jumat. Indeks CSI 300 anjlok 3 persen mulai jeda sesi perdagangan atau sekitar 20 menit sebelum Beijing meminta penutupan konsulat AS di Chengdu.
Dua hari sebelumnya, pada Rabu (22/7/2020), juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin mengungkapkan pemerintah AS memberi China waktu tiga hari untuk menutup konsulatnya di Houston. Beijing telah bersumpah akan membalas jika AS tidak membatalkannya.
Penutupan tersebut merupakan salah satu ancaman terbesar dalam beberapa tahun terakhir terhadap hubungan antara AS dan China, yang telah memburuk dalam beberapa bulan terakhir karena berbagai isu mulai dari perdagangan hingga penanganan pandemi Covid-19.
Beberapa pejabat pemerintah AS mengatakan kantor konsulat jenderal China di Houston memiliki keterlibatan besar dalam kegiatan spionase.
Sebelum perkembangan terbaru ini, merebak spekulasi bahwa China mungkin akan menutup kantor konsulat AS di Wuhan.
Namun, Pemimpin Redaksi harian Global Times milik Partai Komunis, Hu Xijin, mengatakan Beijing kemungkinan akan merespons penutupan kantor konsulatnya di Houston dengan langkah-langkah yang menimbulkan lebih banyak kepedihan pada AS.
“Saya pikir target China mungkin akan lebih tidak terduga, menyebabkan AS merasakan kepedihan yang nyata," kata Hu melalui akun Twitter pada Kamis.