Bisnis.com, JAKARTA - Konflik internal di tubuh Partai Berkarya bakal terus menggerus dukungan masyarakat.
Sebagaimana diketahui, pada Juli ini, sempat digelar kegiatan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) yang digelar Presidium Penyelamat Partai Berkarya atau P3B, namun tidak direstui oleh Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto.
Menurut pengamat politik sekaligus Direktur Populi Center sekaligus Usep S Akhyar, konflik itu semakin mengurangi dukungan publik.
Di samping itu, tuturnya, partai yang didasarkan pada ketokohan terpusat pada seseorang lambat laun akan ditinggalkan pemilihnya. Terlebih, selama ini Partai Berkarya selalu identik dengan Tommy, Soeharto, dan Orde Baru.
“Konflik pasti berpengaruh pada dukungan terhadap partai. Selain itu partai ini sering mengusung Orde Baru yang sudah menjadi masa lalu. Orang dulu banyak tahu siapa Soeharto. Ada memang penggemarnya saat ini, tapi sudah sedikit. Kalangan milenial bahkan tidak terikat perasaan emosional dengan nama besar itu, tutur Usep, Rabu (22/7/2020).
Lanjutnya, pemilih Indonesia yang kini didominasi usia muda tidak lagi memandang ketokohan sebagai pertimbangan utama dalam memilih. Narasi-narasi yang digaungkan tokoh Partai Berkarya, kata Usep, tidak menarik simpati anak muda.
Baca Juga
“Saya melihat anak muda sudah bosan dengan tokoh politik lama yang jargon politiknya tidak lekat dengan pengalaman kaum muda. Orang akhirnya akan memilih berdasarkan reputasi. Orang yang belum berprestasi mau pimpin partai baru, kemudian berkuasa, ya sulit," ucap Usep.
Dia menilai Partai Berkarya yang dideklarasikan pada 2016 lalu telah kehilangan momentum untuk berkembang. Sebabnya, partai-partai lama yang ada di Indonesia kini semakin eksis dan matang. Selain itu, persepsi masyarakat yang menyimpulkan bahwa partai politik itu seragam.
"Terlebih secara ideologi tidak ada beda antara partai baru dengan partai lama. Partai Berkarya tidak memiliki diferensiasi yang jelas dengan partai lainnya," katanya.