Bisnis.com, JAKARTA - Rumah tangga di Inggris mengalami guncangan pendapatan terbesar sejak krisis minyak tahun 1970-an.
Ketika tekanan tersebut belum reda, pemerintah Inggris justru bersiap untuk menarik kembali dukungan yang dikerahkan untuk membantu warga melalui krisis virus Corona.
Peringatan gamblang dari Resolution Foundation meningkatkan tekanan bagi Kanselir Menteri Keuangan Rishi Sunak yang memperingatkan pengurangan pekerjaan massal tahun ini kecuali jika bantuan tersedia setelah Oktober ketika subsidi yang mendukung pendapatan lebih dari 12 juta pekerja akan berakhir.
Dalam sebuah laporan yang diterbitkan Selasa (21/7/2020), lembaga think tank tersebut mengatakan upah riil telah turun 4,5 persen sejak krisis virus Corona dimulai, meskipun ada program dukungan upah.
Penurunan tersebut yang paling dalam sejak 1975, ketika embargo minyak Arab mengirim dampak inflasi. Bahkan, angka tersebut jauh dari perolehan selama dan setelah krisis keuangan 2008-2009.
Skala kejutan ini mungkin memicu keraguan berbagai pihak terkait dengan seberapa cepat ekonomi Inggris dapat pulih dari resesi terdalamnya dalam satu abad terakhir.
Baca Juga
Sementara itu, Sunak menghabiskan hampir 200 miliar poundsterling (US$253 miliar) untuk membantu warga Inggris yang kehilangan pekerjaan dan menjaga dunia tetap hidup.
Kantor Penanggung Jawab Anggaran memperkirakan tingkat pengangguran dapat tumbuh mencapai 12 persen pada akhir tahun jika hanya satu dari tujuh pekerja yang menjadi pengangguran, dan lebih dari 13 persen pada awal 2021. Angka ini adalah skenario yang lebih pesimistis.
Pendapatan rumah tangga pada umumnya selama penguncian tidak lebih tinggi dari pendapatan pada 2006-2007, sehingga ini menjadi dekade yang suram untuk angka standar hidup.
Resolution Foundation memperingatkan kaum muda dan rumah tangga berpenghasilan rendah, yang terpukul keras setelah krisis keuangan, sekarang paling berisiko dari gelombang kedua pengangguran karena paparannya terhadap industri ritel, perhotelan dan leisure.
Guncangan pendapatan yang cukup besar membayangi masyarakat yang dipaksa untuk mencari pembayaran kesejahteraan melalui Universal Credit, karena seorang pekerja yang berpenghasilan 20.000 pound per tahun bisa mendapatkan kurang dari 30 persen dari upah jika menganggur.
Saat ini, seorang pekerja yang cuti dalam Skema Retensi Pekerjaan mendapat lebih dari 80 persen dari upah mereka.
Pukulan lebih lanjut bisa datang tahun depan jika pemerintah terus maju dengan rencananya menghentikan program Universal Credit. Langkah ini akan berdampak pada lebih dari 6 juta rumah tangga dengan tingkat penurunan pendapatan 1.000 pound per tahun dan setengah dari populasi usia kerja menderita penurunan pendapatan sebesar 4 persen.
"Fase awal krisis ini telah menunjukkan kepada kita pentingnya dukungan pekerjaan yang berani dan jaring pengaman keamanan sosial yang lebih kuat," kata Adam Corlett, ekonom senior di Resolution Foundation.
"Pemerintah harus belajar dari dua hal tersebut seraya menavigasi fase krisis berikutnya."