Bisnis.com, JAKARTA - Hong Kong tetap menjadi pusat keuangan yang tangguh meski belakangan diguncang gejolak politik yang memicu ketidakpastian bagi bisnis. Ravi Menon, Direktur Pelaksana Otoritas Moneter Singapura mengatakan memang ada peningkatan aliran dana keluar dari Hong Kong tetapi jumlahnya tidak siginifikan.
"Aliran dana aktual tidak terlalu besar. Arus kegiatan dan bisnis juga tidak signifikan," kata Menon, dilansir Bloomberg, Kamis (16/7/2020).
Hong Kong yang bersaing dengan Singapura sebagai pusat keuangan regional, telah mengalami kemunduran ketika China memberlakukan Undang-Undang Keamanan Nasional. Sementara itu, ketegangan antara AS dan China telah memicu kekhawatiran bahwa kota itu mungkin kehilangan daya tariknya untuk keuangan dan perdagangan internasional. Namun, Menon mengatakan Hong Kong masih menjadi magnet bagi pebisnis dan investor.
"Masalah yang berhubungan dengan hukum keamanan adalah satu set pertimbangan untuk bisnis di Hong Kong tetapi itu hanya salah satu dari serangkaian faktor di wilayah ini. Lebih baik bersaing dengan pusat keuangan yang kuat karena itu berarti pertumbuhan dan peluang di kawasan itu bagus. Jika ada yang salah di Hong Kong, itu tidak baik untuk wilayah ini, dan tidak baik untuk Singapura," lanjutnya.
Adanya orang kaya dan kelompok ekspatriat yang bersiap pindah Singapura, menjadi pertanda negara itu dapat menuai manfaat dari masalah di Hong Kong. Namun, sejauh ini belum ada bukti kuat ada eksodus dana dalam jumlah yang besar.
Deposito bank di Hong Kong berada di dekat level rekor pada Mei dan mata uang kota terus diperdagangkan, sebuah pertanda aliran masuk yang persisten.
Baca Juga
Singapura telah melihat peningkatan dalam deposito mata uang asing selama tahun lalu, yang dikaitkan dengan faktor MAS termasuk kelimpahan likuiditas global dan arus masuk dari banyak yurisdiksi. Menurut data MAS yang dilacak oleh Bloomberg Intelligence, setoran tersebut naik 19 persen pada Mei dari tahun sebelumnya.
Menon mengatakan banyak perusahaan keuangan memiliki bisnis di Hong Kong dan Singapura. "Kami mengawasi Hong Kong dengan cermat tetapi dengan keprihatinan, bahwa masalah di sana diselesaikan dan stabilitas kembali, kemudian kami dapat bergerak maju," ujarnya.