Bisnis.com, JAKARTA - Ketegangan Amerika Serikat (AS) dan China semakin membuncah seiring dengan tindakan agresif Negeri Paman Sam terkait dengan penanda tanganan sanksi soal Hong Kong, dan China yang tidak mau kalah.
Di samping perang dagang, hubungan geopolitik dua kekuatan besar ini semakin tegang akibat berbagai macam isu, mulai dari kemunculan Covid-19, pemberlakuan sanksi AS terhadap China, hingga konflik Laut China Selatan.
Berikut adalah seri ketegangan antara AS dan China yang semakin hari semakin memburuk:
1. AS beri hukuman ke China soal Hong Kong dan Xin Jiang
Pada Selasa (15/7/2020) Presiden Donald Trump menanda tangani perintah eksekutif untuk menghentikan perlakuan ekonomi istimewa untuk Hong Kong yang telah terjalin sejak 1997.
"Hong Kong akan diperlakukan sama dengan China daratan. Tidak ada keistimewaan, tidak ada perlakuan ekonomi istimewa, tidak ada ekspor teknologi yang sensitif," katanya seperti dikutip dari BBC.
Dia juga menanda tangani Hong Kong Autonomy Act yang memberikan kekuasaan baginya untuk memberi sanksi bagi pihak yang melanggar kebebasan Hong Kong.
Hal ini seiring dengan penerbitan UU Keamanan Nasional yang diteken oleh Beijing pada akhir Juni. UU ini dinilai akan mengganggu kebebasan individu dan memperkuat kekuasaan kepolisian. UU ini juga dianggap tidak sejalan dengan prinsip satu negara dua sistem.
Pemerintah AS juga membidik politikus China yang bertanggung jawab terhadap pelanggaran HAM yang menimpa muslim etnis Uighur di Xinjiang.
Bahkan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo menyebut China melakukan pelanggaran mengerikan dan sistematis.
2. China balas akan beri sanksi juga ke AS
Dilansir dari South China Morning Post, Rabu (15/7/2020), Kementerian Luar Negeri China menyatakan akan memberikan sanksi kepada institusi dan individu AS.
Hal ini diungkapkan sehari setelah Presiden Donald Trump menanda tangani perintah eksekutif dan undang-undang baru terkait dengan sikap Beijing yang dinilai opresif terhadap Hong Kong.
Menurut China, tindakan AS menyalahi norma internasional dan ikut campur persoalan internal negaranya.
"Pemerintah China dengan tegas menentang dan mengutuknya. China akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjatuhkan sanksi terhadap institusi dan individu AS yang terkait," seperti dikutip dalam pernyataan.
Pernyataan tersebut tidak menyebut secara detail sanksi apa yang akan diberlakukan. Namun, upaya AS bakal sia-sia, tulis pernyataan itu.
3. AS tantang langsung China yang klaim Laut China Selatan
Dilansir South China Morning Post, Selasa (14/7/2020), Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menegaskan penolakannya terhadap klaim China terhadap wilayah terotorial 12 mil laut di sekitar Kepulauan Spratly.
Dia meyakini dunia tidak akan membiarkan China memperlakukan Laut China Selatan sebagai kerajaan maritimnya.
Beijing mengklaim perairan di sekitar Vanguard Bank di luar Vietnam, Luconia Shoals Malaysia, area dalam zona ekonomi eksklusif, dan Natuna Besar Indonesia.
"Kami tegaskan, klaim Beijing untuk sumber daya di sebagian besar Laut China Selatan adalah melanggar hukum. [Itu sama saja] penindasan untuk mengendalikan," katanya, Selasa (14/7/2020).
Seperti diberitakan sebelumnya, angkatan laut AS sengaja memeprlihatkan kekuatannya saat latihan militer di sekitar Kepulauan Paracel di area Laut China Selatan pada saat China tidak jauh juga melakukan hal serupa pada awal Juli. AS bahkan membawa kapal induknya dan empat kapal perangnya.
4. Teori konspirasi asal usul Covid-19
Saling tuduh antara AS-China soal awal mula kemunculan Covid-19 juga menjadi salah satu faktor semakin oanasnya hubungan kedua superpower ini.
AS menuduh China Covid-19 berasal dari laboratorium di Wuhan, China. Pompeo bahkan berupaya meyakinkan bahwa dirinya mempunyai bukti kuat yang berasal dari badan intelijen. Sama halnya dengan Trump.
"Saya tidak diperbolehkan mengungkapkannya pada Anda. Saya rasa mereka [China] membuat kesalahan besar dan mereka tidak mengakuinya," ujar Trump saat diwawancara Fox News pada Mei.
Sementara itu, China juga membuat teori bahwa Covid-19 dibawa oleh tentara Amerika yang sempat mengunjungi Wuhan pada Oktober 2019.
Hal ini seperti yang dtulis oleh juru bicara Kementerian Luar Negeei China Zhao Lijian dalam akun Twitter pada 13 Maret 2020.
"Kapan pasien nol dimulai di AS? Berapa banyak orang yang terinfeksi? Apa nama rumah sakit itu? Mungkin tentara AS yang membawa epidemi ke Wuhan. Jadilah transparan! Beberkan data kalian ke publik! AS berutang penjelasan."