Bisnis.com, JAKARTA – Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) akan kembali meluncurkan kapal serbu amfibi setelah mengalami kebakaran ringan pada April 2020.
Kapal serbu amfibi bertipe 075 itu diperkirakan meluncur bersamaan dengan gelaran latihan militer tahunan Han Kuang dari Taiwan. Kendati sempat terbakar, kapal China tersebut tidak mengalami kerusakan yang berarti.
Media di China, Rabu (15/7/2020), melaporkan bahwa kapal tersebut lebih unggul dari USS Bonhomme Richard, kapal sejenis milik Amerika Serikat, yang terbakar hebat di San Diego pada Minggu (12/7/2020) hingga harus mengalami perbaikan besar.
Foto-foto terkini yang beredar di sejumlah media sosial China menggambarkan konstruksi kapal serbu amfibi, yang pertama kali meluncur di Shanghai pada September 2019 itu, sudah hampir selesai. Tiang perancah yang digunakan selama proses konstruksi kapal tersebut sudah diturunkan.
Kanal berita berbahasa Mandarin Lianhe Zaobao, menjelaskan bahwa saat ini reskontruksi kapal telah memasuki tahap pembersihan sehingga tidak lama lagi akan segera melakukan uji pelayaran.
Kemajuan perbaikan kapal China tersebut bersamaan dengan latihan militer tahunan Han Kuang yang digelar Taiwan mulai Senin (13/7/2020).
Para pengamat berpendapat bahwa kapal tipe 075 itu dapat digunakan untuk operasi pasukan reunifikasi yang dilakukan PLA dan berdinasnya kapal tersebut sebagai peringatan kepada pihak Taiwan atas penjualan senjata AS ke wilayah kepulauan di sebelah timur China daratan itu.
Baca Juga
Kapal serbu amfibi merupakan jenis kapal perang amfibi yang digunakan untuk pendaratan pasukan ke darat dan mendukung pasukan darat di wilayah musuh melalui serangan amfibi.
Kapal 075 itu diluncurkan di Shanghai pada April lalu. Namun, pada bulan yang sama terbakar dengan kerusakan minor. Dibandingkan dengan 075, USS Bonhomme Richard membutuhkan perbaikan besar-besaran karena pemadaman apinya sampai butuh waktu hingga dua hari.
Kecelakaan adalah peristiwa biasa dan terkadang tidak bisa dihindari selama proses konstruksi, namun pencegahan harus tetap diutamakan, demikian pengamat militer China yang dikutip Global Times.