Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Amerika Serikat membatasi visa bagi pejabat China yang dianggap memiliki keterlibatan dalam pembatasan akses ke Tibet.
Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo beralasan para pejabat dari China tersebut berperan penting dalam menghalangi para pejabat dari Negeri Paman Sam untuk mengunjungi Tibet.
"Beijing terus-menerus secara sistematis menghambat perjalanan diplomat, pejabat, wartawan, dan wisatawan AS ke Daerah Otonomi Tibet serta daerah Tibet lainnya, sementara pejabat dan warga negara China menikmati akses yang jauh lebih besar ke AS," kata Pompeo dalam sebuah pernyataan, Selasa (7/7/2020).
"Saya mengumumkan pembatasan visa pada pejabat pemerintah dan Partai Komunis China yang terlibat dalam perumusan atau pelaksanaan kebijakan yang terkait dengan akses bagi orang asing ke wilayah Tibet," tambah Pompeo.
Sebagai tanggapan, China mengatakan pada Rabu (8/7) bahwa mereka akan membatasi visa untuk sejumlah pejabat AS atas "perilaku buruk" mereka di Tibet.
Dalam briefing harian di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan negaranya dengan tegas menentang langkah AS tersebut.
Baca Juga
"Kami mendesak pihak AS untuk berhenti menggunakan Tibet untuk mencampuri urusan dalam negeri China dan berhenti sebelum melangkah lebih jauh ke jalan yang salah untuk mencegah kerusakan pada hubungan bilateral," ungkap Zhao.
Baik AS maupun China tidak memberikan secara detil pejabat mana yang menjadi sasaran pembatasan tersebut. Namun, langkah tersebut menjadi contoh terbaru dari kembali meningkatnya hubungan AS-China.
Kedua pihak mulai kembali bersitegang setelah saling menyalahkan atas dampak pandemi virus corona, sementara AS juga mengkritik tindakan keras pemerintah Beijing di Hong Kong dan serta terhadap warga Muslim Uighur di Xinjiang.
Bulan lalu, AS menunjuk empat perusahaan media China sebagai "milisi asing" sebagai respons atas atas kontrol ketat Presiden Xi Jinping terhadap organisasi berita. China kemudian memerintahkan lebih banyak media AS yang beroperasi di China untuk melaporkan keuangan dan staf mereka.
Sikap otoriter China atas Tibet telah lama menjadi batu sandungan dalam hubungan AS-China, dengan dukungan untuk otonomi daerah dan pemimpin spiritualnya, Dalai Lama, sering menjadi perdebatan di parlemen Washington.
"Akses ke wilayah Tibet semakin vital bagi stabilitas regional, mengingat pelanggaran HAM China di sana, serta kegagalan Beijing untuk mencegah degradasi lingkungan di dekat hulu sungai-sungai utama Asia," kata Pompeo.