Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon turut mengomentari soal bisnis yang tengah dijalankan oleh kawan sesama politikus yaitu Fahri Hamzah.
Melalui akun twitter miliknya, Fadli Zon mengomentari unggahan Fahri Hamzah berupa video yang memamerkan bisnis budidaya udang yang tengah dijalankannya setelah tak lagi memiliki jabatan di pemerintahan.
“Setelah pensiun, saya kelola budidaya udang vaname, kalau halal dan legal maju saja. Ini usaha keluarga… pejabat sebaiknya tidak bisnis, rakyat boleh dong bisnis,” tulis Fahri Hamzah melalui akun twitternya @Fahrihamzah, Minggu (5/7/2020).
Cuitan itu pun dikomentari oleh Fadli Zon. Bahkan, dia menyebut Fahri sebagai calon konglomerat.
“Saya sudah lihat dengan mata kepala sendiri. Ini calon konglomerat,” tulis Fadli Zon, Minggu (5/7/2020).
Komentar Fadli itu kembali direspons oleh Fahri Hamzah. Dia meminta agar Anggota DPR itu bersabar karena masih memiliki jabatan di pemerintahan.
Baca Juga
“Ane rakyat nih, ente sabar dulu bro. Masih menjabat,” cuit Fahri.
Seperti diberitakan sebelumnya, Mantan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah tengah menjadi sorotan karena memiliki bisnis lobster. Kabar tersebut mencuat di tengah polemik soal kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membuka keran ekspor benih lobster.
Padahal, ekspor benih lobster sebelumnya sempat dilarang saat KKP masih dipimpin oleh Susi Pudjiastuti.
Fahri mengaku bahwa bisnis lobster bukanlah hal yang baru baginya. Pasalnya, bisnis tersebut telah dijalankan oleh keluarganya sejak lama.
“Saya bukan orang baru, karena kami orang pesisir, saya dulu menghindari terjun langsung karena menjabat. Tidak etis saja. Tapi keluarga saya juga keluarga nelayan dan petambak udang dan ikan… lobster bukan dunia baru. saya paham peta,” ujarnya.
Tidak hanya menjalankan bisnis udang dan lobster, tetapi Fahri juga mendukung dibukanya keran ekspor benih lobster.
Fahri mengatakan bahwa kalau ekspor benih bisa dilakukan secara terbuka, maka upaya penyelundupan akan hilang.
Dia juga menilai bahwa penolakan ekspor justru akan menguntungkan penyelundup dengan permainan terbatas dan menyogok dalam prosesnya.
“Bisnis lobster ini adalah bisnis nelayan pesisir yang hidup dari laut. Mereka ingin tangkapan mereka dibeli secara legal. Tidak seperti selama ini dibeli penyelundup. Nanti mereka dikorbankan. Padahal itu hidup mereka sehari-hari,” ujar Fahri.
Fahri menambahkan bahwa melarang nelayan kecil menangkap lobster kecil dan membebaskan pemodal besar adalah tindakan tidak bijak.
“Lobster itu produksi (netas) rutin. Minyak dan mineral perlu jutaan thn. Kok ga dilarang? Tambang bisnisnya orang kaya. Lobster bisnisnya nelayan miskisn. Kok rakyat dilarang? Laut itu luas, 3 kali daratan. Punah itu fiksi yg tidak adil bagi nelayan,” tulis Fahri.
Sy sdh lihat dg mata kepala sendiri. Ini calon konglomerat ? https://t.co/L8JA0PCNaC
— FADLI ZON (IG: fadlizon) (@fadlizon) July 5, 2020