Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manufaktur Asia Bergeliat Didorong Permintaan dari China

Berdasarkan data Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur yang dirilis IHS Markit hari ini, sejumlah negara Asia mencatatkan pertumbuhan meski masih di bawah 50.
Pekerja mengenakan masker di pabrik milik Yanfeng Adient Seating Co. di Shanghai, China, Senin (24/2/2020)./Bloomberg-Qilai Shen
Pekerja mengenakan masker di pabrik milik Yanfeng Adient Seating Co. di Shanghai, China, Senin (24/2/2020)./Bloomberg-Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA - Aktivitas manufaktur di Asia perlahan bergeliat pada Juni 2020 seiring permintaan dari China yang meningkat.

Berdasarkan data Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur yang dirilis IHS Markit hari ini, sejumlah negara Asia mencatatkan pertumbuhan meski masih di bawah 50, titik pemisah antara kontraksi dan ekspansi.

Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan mencatatkan PMI manufaktur pada Juni masing-masing, 40,1 dari bulan sebelumnya 38,4; 43,4 dari bulan sebelumnya 41,3; dan 46,2 dari bulan sebelumnya 41,9.

Output pabrik di Vietnam dan Malaysia juga tumbuh untuk pertama kalinya sejak Januari dan Desember, sebelum virus menyebar di wilayah tersebut. Vietnam di angka 51,1 dari PMI Mei 42,7 dan Malaysia 51,0 dari sebelumnya 45,6.

Sedangkan PMI Indonesia melonjak hampir 11 poin menjadi 39,1 dari 28,6 pada Mei, kenaikan terbesar sejak setidaknya 2011, tetapi tetap di bawah 50. Sementara itu, PMI manufaktur Caixin China, indeks yang lebih fokus pada perusahaan berorientasi ekspor, naik pada Juni menjadi 51,2 dari 50,7.

Tanda-tanda perubahan mengikuti laporan lain dari China awal pekan ini yang menunjukkan PMI resmi naik menjadi 50,9 dari 50,6 sebulan sebelumnya. Sedangkan PMI nonmanufaktur meningkat menjadi 54,4.

Pasar keuangan menguat pada kuartal kedua, didukung oleh optimisme bahwa pembukaan kembali secara global akan mengurangi pengangguran yang melonjak dan menghidupkan kembali konsumsi. Namun, kemunduran dalam mengendalikan wabah virus di banyak negara, termasuk AS telah meredam sentimen.

Bloomberg Economics memperkirakan kontraksi 4,7 persen pada ekonomi global tahun ini, turun dari perkiraan sebelumnya kontraksi 4 persen.

Chang Shu, Kepala Ekonom Bloomberg Asia, mengungkapkan indeks pembelian manufaktur Juni di Asia mengindikasikan sebagian besar perekonomian pulih, meskipun pada kecepatan yang berbeda-beda.

"PMI resmi China menunjukkan bahwa pemulihan dipercepat, didukung oleh permintaan eksternal. Beberapa ekonomi seperti Australia mengalami rebound awal yang kuat karena kuncian santai. Beberapa yang lain terutama Jepang tetap tenggelam dalam kontraksi," ujar Shu, Rabu (1/7/2020).

Analisis oleh Oxford Economics menemukan bahwa ekspor regional menuju hasil terburuk dalam bertahun-tahun, bahkan ketika pelonggaran lockdown membuka jalan bagi pemulihan bertahap.

"Pelonggaran pembatasan global dan peningkatan permintaan China menggembirakan, tetapi kami berharap ekspor regional tetap di bawah tekanan dalam jangka pendek, mengingat resesi global yang sedang berlangsung," kata Sian Fenner, seorang ekonom di Oxford Economics.

Di Korea Selatan, pemimpin utama perdagangan global, ekspor terus berkontraksi pada Juni, tetapi pada laju yang lebih lambat dari pada bulan-bulan sebelumnya. Pengiriman turun 10,9 persen dari tahun lalu, dibandingkan penurunan 23,6 persen pada Mei.

"Mengingat sifat siklus ekonomi berorientasi ekspor Korea Selatan, tampaknya peluang pemulihan yang lambat dari guncangan ekonomi Covid-19 meningkat. Tanpa peningkatan permintaan yang berkelanjutan, tingkat produksi manufaktur kemungkinan akan tetap lemah," kata Ekonom IHS Markit Joe Hayes.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper