Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 sukses menekan pendapatan sejumlah perusahaan permainan judi berupa kasino atau permainan ketangkasan.
Laporan terbaru dari Moody's Investors Service yang diterima Bisnis, Rabu (24/6/2020), menyebut pandemi Covid-19 berhasil menekan pendapatan perusahaan permainan judi di kawasan Asia dan Pasifik.
Mereka masih berusaha keras untuk melakukan efisiensi atau menekan biaya tetap yang harus dikeluarkan. Namun demikian, sebagian besar memiliki likuiditas yang cukup untuk menghadapi kondisi tersebut.
Wakil Presiden dan Senior Credit Officer Moody Jacintha Poh mengatakan turunnya perjalanan internasional, penutupan properti, dan langkah-langkah menjaga jarak sosial yang sedang berlangsung akan membuat prospek sektor permainan judi tetap lemah hingga setidaknya 2021.
"Kami perkirakan pendapatan perusahaan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi gabungan perusahaan permainan judi di Asia dan Pasifik akan turun sekitar 70 persen pada 2020 sebelum secara bertahap pulih di 2021," ujar Jacintha Poh.
Menurut Jacintha hal tersebut terjadi lantaran sektor yang satu ini sangat dipengaruhi oleh permintaan konsumen.
Baca Juga
Lembaga pemeringkat yang berbasis di New York, Amerika Serikat, itu memberikan outlook negatif kepada sembilan perusahaan permainan judi di Asia dan Pasfik.
Pandangan negatif mencerminkan adanya ketidakpastian di tengah pembukaan kembali sektor pariwisata.
Walaupun demikian, sebagian di antaranya dinilai masih memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan operasional selama 12 bulan ke depan.
"Perusahaan-perusahaan ini memiliki setara kas yang cukup dan fasilitas yang berkomitmen untuk menahan aktivitas "bakar uang" yang meliputi biaya operasi, pembayaran bunga, dan belanja modal pemeliharaan, serta memenuhi pembayaran utang mereka pada tahun 2020," tulis Moody's Investor Service dalam laporannya.
Moody's Investor Service memproyeksikan pemulihan bagi perusahaan yang beroperasi di destinasi wisata atau bergantung pada kunjungan wisatawan seperti Kamboja (stabil B2) dan Singapura (Aaa stable).
"Operator di Malaysia (A3 stable) dan Australia (stable Aaa) dapat pulih lebih cepat karena basis pelanggan domestik yang signifikan. Untuk Macao (kestabilan Aa3), pemulihan sebagian besar akan bergantung pada pelonggaran persyaratan karantina antara China (A1 stable) dan Macao serta dimulainya kembali perekonomian China," papar Jacintha.
Sebelum pandemi Covid-19 merebak, sebagian besar perusahaan permainan judi, terutama yang berperingkat baik telah memulai atau berkomitmen melakukan ekspansi yang signifikan dengan jumlah mencapai US$ 20 miliar selama lima tahun.
"Meskipun ada gangguan saat ini, sebagian besar perusahaan kemungkinan akan terus mengejar proyek-proyek ini setelah operasi normal, karena harapan mereka untuk terjadinya pemulihan, atau komitmen yang dibuat dengan regulator, atau keduanya," tulis Jacintha.