Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani perintah untuk sementara waktu menghentikan akses terhadap beberapa jenis visa.
Langkah ini dipastikan memengaruhi ratusan ribu orang yang mencoba mengadu nasib di AS.
Perintah itu praktis membekukan visa H1-B dan H-4 baru, yang digunakan oleh tenaga kerja di sektor teknologi berikut keluarga mereka, visa L untuk transfer antarperusahaan dan sebagian besar visa J untuk program kerja dan belajar di luar negeri, termasuk au pair (homestay), hingga akhir tahun.
Penerbitan green card baru juga akan tetap dihentikan sampai akhir tahun.
Selain itu, perintah tersebut akan menghentikan sementara beberapa visa H2-B untuk pekerja musiman, dengan pengecualian bagi mereka yang terlibat dalam industri pengolahan makanan.
Langkah ini diambil di saat AS menghadapi tingkat pengangguran 13,3 persen setelah banyak perusahaan menutup atau mengurangi staf akibat dampak pandemi virus Corona (Covid-19). Namun, perintah ini tidak akan memengaruhi pekerja imigran yang sudah memegang visa.
Baca Juga
“Berdasarkan keadaan luar biasa dari kontraksi ekonomi yang diakibatkan Covid-19, program-program visa nonimigran tertentu yang mengizinkan pekerjaan semacam itu merupakan ancaman tidak biasa bagi para pekerja Amerika," tutur Trump dalam perintahnya, Senin (22/6/2020), seperti dilansir Bloomberg.
Dalam sebuah wawancara dengan Fox News, Trump mengatakan dia ingin masyarakat Amerika memperoleh pekerjaan yang sedianya didapatkan orang-orang yang menerima visa.
“Kami memiliki banyak orang yang mencari pekerjaan. Saya pikir [langkah] itu akan membuat banyak orang merasa sangat bahagia, dan itu masuk akal,” jelas Trump.
Amerika Serikat diketahui menerbitkan lebih dari 900.000 visa pada tahun fiskal 2019 dalam kategori-kategori yang akan dibekukan oleh Trump. Pada puncak pandemi Covid-19, Trump pernah menuliskan dalam akun Twitter bahwa ia berencana "menangguhkan sementara imigrasi ke AS".
Sejumlah nama besar di industri teknologi sudah barang tentu bereaksi keras. Raksasa seperti Twitter dan Amazon.com menyebut perintah ini "picik". Tenaga kerja imigran justru dapat membantu pemulihan ekonomi AS dari pandemi Covid-19.
Melalui akun Twitter, CEO Alphabet Inc. Sundar Pichai menyampaikan kekecewaannya. “Kami akan terus mendukung para imigran dan berupaya memperluas peluang bagi semua,” ucap Pichai.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah AS telah memperketat program H-1B dan tingkat persetujuan untuk permohonannya telah menurun.
Sementara itu, industri teknologi bergantung pada visa H-1B untuk merekrut talenta dari luar negeri, khususnya di bidang sains dan teknik.
Sejumlah kritikus mengatakan beberapa perusahaan telah menyalahgunakan program ini untuk menggantikan pekerja Amerika. Sekitar tiga perempat dari visa H-1B diberikan kepada orang yang bekerja di industri teknologi, meskipun tingkat pastinya bervariasi dari tahun ke tahun.
Menurut Departemen Luar Negeri AS, jumlah visa non-imigran yang dikeluarkan pada 2019 menurun untuk tahun keempat berturut-turut, menjadi 8,7 juta dari 10,9 juta pada 2015.
CompTIA, kelompok dagang yang mewakili perusahaan teknologi besar seperti Amazon dan induk Google, Alphabet Inc., mengatakan langkah itu akan memberikan pukulan yang berkelanjutan bagi perekonomian.
“Mempersulit sumber daya cerdas untuk bekerja di AS hanya menguntungkan pesaing-pesaing kita di luar negeri yang akan menarik bakat mereka untuk membangun dan mengembangkan barang dan jasa yang canggih, sekaligus menciptakan pekerjaan,” ungkap Wakil Presiden Eksekutif CompTIA untuk advokasi publik, Cinnamon Rogers.