Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inilah Penyebab Kasus Corona Sepekan Terakhir di Jatim, Kalsel, dan Sulsel Melonjak

Ketiga wilayah ini menjadi fokus pemerintah, selain DKI Jakarta, karena memiliki tren kasus virus corona penyebab Covid-19 yang tinggi. Ketiga wilayah itu juga menjadi episenter virus corona di Indonesia.
Petugas kesehatan mengambil sampel darah warga dalam pemeriksaan menggunakan alat tes diagnostik cepat Covid-19 secara lantatur di Institut Teknologi Nasional, Jawa Barat, Kamis (18/6/2020)./Antara
Petugas kesehatan mengambil sampel darah warga dalam pemeriksaan menggunakan alat tes diagnostik cepat Covid-19 secara lantatur di Institut Teknologi Nasional, Jawa Barat, Kamis (18/6/2020)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA -  Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengidentifikasi naiknya laju penambahan kasus baru positif Covid-19 di sejumlah wilayah meliputi Provinsi Jawa Timur (Jatim), Sulawesi Selatan (Sulsel),  dan Kalimantan Selatan (Kalsel) dalam sepekan terakhir.

Ketiga wilayah ini menjadi fokus pemerintah, selain DKI Jakarta, karena memiliki tren kasus virus corona penyebab Covid-19 yang tinggi. Ketiga wilayah itu juga menjadi episenter virus corona di Indonesia.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menuturkan laju penambahan kasus positif Covid-19 secara nasional hingga Sabtu (20/6/2020), meningkat menjadi 18 persen. Sementara, tingkat kesembuhan pasien justru turun 3,08 persen.

Sejumlah pakar dan praktisi kesehatan mensinyalir kenaikan kasus itu disebabkan karena dibukanya sembilan sektor ekonomi dan wacana adaptasi kebiasaan baru atau AKB di tengah masyarakat, ketika kurva epidemiologi virus corona belum menunjukkan tren melandai secara konsisten.

Wakil Ketua I Muhammadiyah Covid-19 Command Centre Corona Rintawan menuturkan transmisi virus corona secara lokal di Provinsi Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan belum terkendali berdasarkan peningkatan kasus baru signifikan di wilayah tersebut.

“Kasus positif masih banyak, rumah sakit penuh dengan pasien, banyak tenaga kesehatan yang meninggal karena Covid-19,” tutur Rintawan melalui pesan tertulis kepada Bisnis, Jakarta, pada Minggu (21/6/2020) pagi.

Dia beralasan pada tataran pemangku kebijakan sendiri masih kurang pengetahuan aturan protokol kesehatan. Malahan, pada tingkat bawah tidak ada penguatan sektor kesehatan. Misalkan, minimnya ketersediaan alat pelindung diri (APD).

“Menurut saya belum terkendali, dan dari kurva epidemiologi masih meningkat sekarang per hari ada 1000-an penambahan kasus baru,” ujar Rintawan.

Sepekan terakhir, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 melaporkan Provinsi Jawa Timur mencatat lonjakan kasus baru tertinggi secara nasional.

Pada 14 Juni lalu, Provinsi Jawa Timur mencatat 203 kasus baru. Angka itu, menurut Gugus Tugas, naik secara konsisten hingga mencapai 398 kasus baru. Pada Sabtu (20/6/2020), Provinsi Jawa Timur melaporkan kasus baru sebesar 414.

1.702 Orang Positif Covid-19

Sebelumnya, Badan Intelijen Negara (BIN) telah menyelesaikan tes cepat massal atau rapid test di Kota Surabaya, Jawa Timur. BIN mencatat sebanyak 1.702 orang terkonfirmasi positif Covid-19. Hal itu diketahui dari tes yang dilaksanakan di Surabaya selama 23 hari.

Staf Khusus Kepala BIN Mayjen TNI Dr Suyanto melalui pernyataan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Sabtu (20/6/2020), menyebut sejak 29 Mei hingga 20 Juni 2020, kata Suyanto, BIN telah menggelar tes cepat Covid-19 di 23 lokasi di titik zona merah di Surabaya yang merupakan rekomendasi dari dinas kesehatan setempat.

Selama pelaksanaan tes cepat massal Covid-19 terhitung sebanyak 34.021 warga Surabaya menjadi peserta rapid test, dan 4.603 orang di antaranya menunjukkan hasil reaktif.

Mereka selanjutnya menjalani tes usap (swab test) untuk memastikan hasilnya, ditambah pasien rujukan dari puskesmas setempat, jumlah yang mengikuti swab test menjadi 4.637 orang.

"Yang konfirmasi positif Covid-19 setelah melakukan uji swab dengan mobile PCR BIN yakni 1.702 Orang," kata Suyanto.

corona sulsel
corona sulsel

Petugas gabungan menyemprotkan cairan disinfektan di area publik di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (20/6/2020). Pemerintah Kota Makassar mengerahkan sebanyak tiga ribu personel gabungan untuk melakukan penyemprotan cairan disinfektan secara massal di sejumlah area publik dalam rangka peningkatan upaya pencegahan penyebaran virus Corona baru (COVID-19) di daerah itu. ANTARA FOTO/Arnas Padda

Selain itu, Gugus Tugas melaporkan Provinsi Sulawesi Selatan mengalami kenaikan kasus terbilang tinggi sejak satu pekan lalu. Menurut laporan gugus tugas, Provinsi Sulawesi Selatan mencatat kenaikan kasus sebanyak 140 kasus pada 14 Juni lalu.

Kendati demikian, gugus tugas melaporkan, angka itu menyentuh puncak di angka 211 pada 19 Juni lalu. Selang sehari, Provinsi Sulawesi Selatan mencatatkan adanya penurunan kasus menjadi 114 pada Sabtu (20/6/2020).

Secara akumulatif jumlah kasus positif Covid-19 di Provinsi Sulawesi Selatan mencapai angka 3.685 atau sekitar 8,2 persen dari keseluruhan kasus konfirmasi positif secara nasional.

Kasus Corona Kalsel

Gugus Tugas juga melaporkan Provinsi Kalimantan Selatan mengalami kenaikan kasus positif Covid-19 yang signifikan secara nasional. Hingga kemarin, secara akumulatif jumlah kasus positf di provinsi itu mencapai 2.475 kasus atau sekitar 5,5 persen dari jumlah keseluruhan angka nasional.

Selama sepekan angka ini bergerak terbilang fluktuatif sejak tanggal 14 Juni lalu. Hanya saja puncak kurva epidemiologi milik Provinsi Kalimantan Selatan terjadi pada tanggal 16 Juni lalu di angka 169 kasus baru per hari.

dokter patologi
dokter patologi

Dokter patologi klinik menunjukkan cara kerja alat Polymerase Chain Reaction (PCR) di Ruang Ektraksi DNA dan RNA Laboratorium Mikrobiologi RSUD Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (20/6/2020). Pengoperasian alat PCR yang dapat memeriksa 1.000 sampel tersebut, diharapkan bisa mempercepat waktu untuk mengetahui hasil pemeriksaan pasien yang diduga terinfeksi virus corona atau COVID-19 di Sidoarjo. ANTARA FOTO/Umarul Faruq

Lampu Hijau untuk Sektor Ekonomi

Awal Juni lalu, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 telah memberikan lampu hijau bagi sembilan sektor ekonomi untuk kembali beroperasi di tengah penerapan kenormalan baru atau new normal.

Kebijakan ini diambil dalam rangka menekan dampak ekonomi dan sosial dari pandemi Covid-19.

Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menuturkan langkah itu telah mempertimbangkan risiko penularan yang menggunakan indikator kesehatan masyarakat berbasis data yakni epidemiologi, surveilans kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan.

“Selain itu, penilaian dampak ekonomi dilaksanakan dengan menggunakan indikator indeks dampak ekonomi dari tiga aspek yaitu aspek ketenagakerjaan, proporsi Produk Domestik Regional Bruto sektoral, dan indeks keterkaitan sektor,” kata Doni melalui keterangan resmi yang diterima Bisnis, Jakarta, pada Jumat (5/6/2020).

Adapun, sembilan sektor yang ditetapkan untuk dibuka kembali meliputi pertambangan, perminyakan, industri, konstruksi, perkebunan, pertanian dan peternakan, perikanan, logistik dan transportasi barang.

Dia mengungkapkan sembilan sektor tersebut dinilai memiliki risiko ancaman Covid-19 yang rendah, namun menciptakan lapangan kerja yang luas dan mempunyai dampak ekonomi yang signifikan.

virus corona aceh
virus corona aceh

Suasana aktivitas jual beli di Pasar pelelangan ikan Lhokseumawe, Aceh Sabtu (20/6/2020). Sejumlah pasar tradisional di kota itu rentan menjadi tempat penularan virus Corona (COVID-19), karena rendahnya kesadaran mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker dan menjaga jarak aman antarwarga. ANTARA FOTO/Rahmad

Fakta Keliru

Menanggapi manuver ekonomi yang diambil pemerintah pusat melalui skema sistem zonasi, pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia Pandu Riono mengatakan pendekatan risiko berdasarkan wilayah terkait dengan penilaian status Covid-19 di suatu daerah dapat menggambarkan fakta yang keliru.

“Pendekatan risiko berdasarkan wilayah bisa menyesatkan, karena penyebaran kasus sangat dipengaruhi gerak penduduk,” kata Pandu melalui keterangan tertulis yang diterima Bisnis, Rabu (10/6/2020).

Pandu menuturkan, temuan kasus baru dipengaruhi oleh kegiatan tes yang masif di tengah masyarakat.

“Bahkan ada wilayah yang menolak tes, karena ingin mempertahankan status risiko rendahnya,” ujarnya.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengklaim terdapat 228 kabupaten atau kota yang berada di wilayah zona hijau dan kuning Covid-19. Catatan itu berdasarkan pada penilaian terkait dengan indeks epidemiologi, surveilans, dan layanan kesehatan di suatu daerah.

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo membeberkan hingga saat ini terdapat 92 daerah yang masih bertahan di zona hijau, 136 kabupaten atau kota yang berada di zona kuning.

“Sehingga total kabupaten atau kota yang berada di zona hijau dan kuning berjumlah 228 atau 44 persen dari total kabupaten atau kota secara nasional,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper