Bisnis.com, JAKARTA - Argentina memperpanjang tenggat waktu bagi pemegang obligasi untuk menerima proposal restrukturisasi utang untuk kelima kalinya. Restrukturisasi utang senilai US$65 miliar dolar itu seperti terkatung-katung sejak Argentina gagal membayar bunga atau kupon obligasi pada Mei 2020 lalu.
Dilansir dari Bloomberg, pemegang obligasi memiliki waktu hingga 24 Juli untuk menerima proposal Argentina, menurut pernyataan dari pihak pemerintah. Para pejabat Negeri Tango disebut memanfaatkan waktu perpanjangan untuk terus berbicara dengan investor.
Perundingan tidak mengalami kemajuan berarti sejak Argentina gagal bayar pada 22 Mei 2020 lalu. Para kreditur juga mengatakan mereka tidak akan segera mengambil tindakan hukum saat negosiasi berlangsung.
Namun, kreditur sepertinya sudah kehabisan kesabaran dan mempertimbangkan semua hak dan solusi yang tersedia. Perlu diketahui, Argentina bukan kali ini saja wan prestasi dalam membayar utang. Sejak negeri itu merdeka, tercatat sudah sembilan kali gagal membayar utang alias default.
Kelompok kreditur mengatakan Argentina malah menciptakan hambatan dan merusak proses negosiasi yang produktif. "Keputusan Argentina dua hari lalu yang meninggalkan perundingan lebih disayangkan, mengingat betapa dekatnya kita dengan sebuah resolusi," tulis kreditur.
Argentina dan para kreditur memang mengajukan proposal utang yang direvisi pada awal pekan ini. Revisi itu cukup melegakan kedua belah pihak karena mempersempit kesenjangan.
Namun, pada Rabu (17/6/2020), Pemerintah Argentina menyebut proses negosiasi menunjukkan perbedaan antara kelompok kreditur yang tidak dapat direkonsiliasi.
Sementara itu, kelompok ad Hoc yang terdiri dari BlackRock Inc dan Ashmore Group Plc mengatakan bahwa proposal terakhir yang diterima akan memberikan Argentina ruang fiskal yang cukup untuk menghadapi tantangan ekonomi, termasuk US$38 miliar bantuan arus kas selama sembilan tahun.
Sejauh ini, Pemerintah Argentina dan kreditur gagal menyetujui besaran obligasi yang akan direstrukturisasi. Salah satu kreditur menyebut, perundingan juga buntu perihal berapa bunga yang harus dibayar ke kreditur dan stimulus lain yang perlu diberikan agar perjanjian restrukturisasi bisa dicapai.
Sebelumnya, kelompok Ad Hoc memang bersedia untuk menerima diskon pokok 44 persen hingga 46 persen. Namun kelompok ini menginginkan insentif yang terikat pada Produk Domestik Bruto (PDB) Argentina sesuai perhitungan International Monetary Fund (IMF).
Penawaran tersebut berada sedikit di bawah keinginan Presiden Argentina, Alberto Fernández. Pada pekan lalu, Kementerian Perekonomian Argentina mendorong proposal untuk kreditur agar menerima pengurangan pokok hingga 50 persen dengan insentif dari ekspor agrikultur.