Bisnis.com, JAKARTA — Target Bank Sentral China (People/s Bank of China/PBOC) untuk meningkatkan aliran kredit hampir 20 persen pada tahun ini dinilai terlalu konservatif.
Iris Pang, ekonom ING Bank NV., menjelaskan target PBOC terlalu rendah dengan mematok tingkat kredit setidaknya senilai US$4,2 triliun pada tahun ini untuk menggairahkan ekonomi setelah tertekan efek negatif Covid-19.
“Sangat rendah mengingat tingginya kebutuhan stimulus untuk pemulihan Covid-19. Target pertumbuhan kredit sebanyak itu sama seperti target pemulihan dari krisis kecil, sementara yang kita hadapi sekarang adalah resesi dalam,” ujar Pang seperti dikutip Bloomberg, Kamis (18/6/2020).
Adapun, Gubernur PBOC Yi Gang menyampaikan target kenaikan kredit tahun ini dapat dicapai setelah bank sentral menggelontorkan stimulus tambahan.
PBOC berencana menerbitkan obligasi bertujuan khusus dan memberikan kenaikan pinjaman sebesar 19 persen kepada perbankan.
Secara total, dana yang akan dialirkan bisa meningkat menjadi 30 triliun yuan atau US$4,2 triliun pada tahun ini. Jumlah tersebut mencerminkan ekspansi sebesar 17 persen dibandingkan pertumbuhan kredit pada 2019 yang senilai 25,6 triliun yuan.
Baca Juga
Walaupun PBOC sangat gencar memberikan stimulus, kontraksi pertumbuhan ekonomi China pada kuartal I/2020 dan potensi terjadinya penyebaran Covid-19 gelombang kedua akan membuat kucuran dana tersebut menjadi tidak cukup.
Kendati demikian, regulator perbankan China Guo Shuqing menegaskan pemerintah tidak akan membanjiri perekonomian dengan uang tunai.
Komentarnya Shuqing langsung menguatkan harga saham di China karena pelaku pasar menafrsirkan hal itu sebagai sentimen positif pemberian stimulus pemerintah akan cukup untuk membangkitkan ekonomi.