Bisnis.com, JAKARTA – Qantas Airways telah membatalkan sebagian besar penerbangan internasional hingga menjelang akhir Oktober 2020.
Langkah tersebut diambil setelah pemerintah Australia mengatakan perbatasan Negeri Kanguru kemungkinan akan tetap ditutup hingga tahun depan. Penerbangan internasional Qantas sebelumnya ditangguhkan sampai akhir Juli.
Perpanjangan tersebut meningkatkan tekanan keuangan pada Qantas. Kendati perlahan-lahan menambah kembali layanan domestiknya, maskapai asal Australia ini telah mengkandangkan puluhan pesawat terbang dan merumahkan sebagian besar karyawannya.
“Perpanjangan larangan penerbangan namun tidak berlaku untuk layanan antara Australia dan Selandia Baru,” tutur juru bicara Qantas pada Kamis (18/6/2020), seperti dikutip dari Bloomberg.
Kedua negara itu telah mampu menekan penyebaran Covid-19 di dalam negeri dan mengupayakan terciptanya koridor trans-Tasmania untuk memulai perjalanan dan pariwisata.
Jumlah kasus Covid-19 di Australia tercatat mencapai 7.388, dengan 102 orang di antaranya meninggal dunia. Secara global, jumlah kasus Covid-19 telah meningkat hingga menembus 8,3 juta, dengan hampir 450.000 orang di antaranya menjadi korban jiwa.
Baca Juga
Jika larangan masuk yang diperpanjang di Australia diikuti oleh negara-negara lain, maka akan memperdalam pukulan bagi industri penerbangan yang sudah diramalkan akan kehilangan lebih dari US$84 miliar pada tahun 2020.
Bulan lalu, Qantas menghimpun dana tambahan senilai A$550 juta (US$379 juta) dan mengatakan memiliki cukup likuiditas untuk bertahan hingga Desember 2021. Saham perusahaan dilaporkan turun lebih dari 3 persen pada perdagangan Kamis pagi.
Sementara itu pada Rabu (17/6/2020), Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan "perjalanan bisnis penting" diperbolehkan untuk sebagian warga Australia, selama mereka melakukan karantina ketika pulang.
“Saya tidak bisa melihat perjalanan internasional dalam arti lebih umum, dimana orang-orang datang dari seluruh dunia ke Australia lagi dalam waktu dekat,” ujar Morrison.
Secara terpisah, Menteri Perdagangan dan Pariwisata Australia Simon Birmingham mengatakan perjalanan wisata masuk dan keluar dari Australia mungkin tidak akan kembali normal sampai 2021.