Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inggris dan Jepang Mulai Pembicaraan Dagang 'dari Nol'

Pembicaraan perdagangan antara kedua negara sangat penting karena Inggris tidak akan lagi menikmati kesepakatan perdagangan UE dan Jepang pada 2021.
Aksi protes anti-Brexit menggelar unjuk rasa di luar Gedung Parlemen di London, Inggris (30/1/2020). Reuters
Aksi protes anti-Brexit menggelar unjuk rasa di luar Gedung Parlemen di London, Inggris (30/1/2020). Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Inggris dan Jepang memulai pembicaraan perdagangan pada hari ini, Selasa (9/6/2020).

Pembicaraan ini bertujuan untuk menggantikan perjanjian perdagangan bebas yang saat ini dinikmati Inggris dan Jepang melalui Uni Eropa.

Pemerintah Inggris memiliki nilai perdagangan dengan Jepang, negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia itu, hingga lebih dari 31 miliar poundsterling atau US$39 miliar pada tahun lalu.

Dengan pembicaraan ini, Inggris berharap bisa membangun kesepakatan dagang serupa dengan perjanjian Uni Eropa-Jepang, yang ditandatangani pada 2018.

Perjanjian itu tidak akan lagi digunakan Inggris ketika Brexit efektif pada akhir 2020. Mengamankan kesepakatan perdagangan adalah prioritas utama bagi Inggris karena akan membentuk kembali hubungan ekonominya dengan dunia pasca-Brexit.

Tanpa kesepakatan baru dengan Jepang pada 1 Januari 2021, berdasarkan ketentuan WTO, kedua negara akan mengalami 'default' perdagangan. Jika demikian, keduanya akan dikenakan tarif dan hambatan baru untuk perdagangan. Jepang adalah mitra dagang non-UE terbesar keempat di Inggris.

"Kami bertujuan untuk mencapai kesepakatan perdagangan bebas komprehensif yang melangkah lebih jauh dari kesepakatan yang sebelumnya disepakati dengan Uni Eropa, dengan menetapkan standar ambisius dalam bidang-bidang seperti perdagangan digital dan jasa," kata Sekretaris Perdagangan Internasional Inggris Liz Truss, seperti dikutip dari Bloomberg.

Truss menegaskan kesepakatan ini akan memberikan lebih banyak peluang untuk bisnis dan pergerakan individu di setiap wilayah dan Inggris.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper