Kemusuk Hingga Cendana
Jenderal Besar TNI (Purn) H.M. Soeharto, atau dikenal dengan sapaan populer Pak Harto, bahkan oleh mereka yang mengkritiknya, lahir di Kemusuk, Yogyakarta, 8 Juni 1921.
Meninggal pada usia 86 tahun, Pak Harto menjadi Presiden RI dari tahun 1967 sampai 1998. Pemilik sebutan populer The Smiling General ini hadir di depan publik sebagai pribadi yang kalem. Ketenangan dan raut wajahnya yang terkesan senantiasa tersenyum disertai aura kewibawaan menjadi pemandangan sehari-hari masyarakat di era Pak Harto berkuasa.
Wikipedia mencatat pada 8 Juni 1921, Soeharto dilahirkan oleh ibunya, bernama Sukirah di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Kelahiran itu dibantu dukun bersalin bernama Mbah Kromodiryo yang juga adik kakek Sukirah, Mbah Kertoirono.
Dalam autobiografinya Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya yang disusun G. Dwipayana, Sukirah digambarkan oleh Soeharto sebagai ibu muda yang sedang sulit memikirkan masalah-masalah rumah tangga.
Sebelum menjadi presiden, Soeharto adalah pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal.
Soeharto diberi mandat oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) sebagai Presiden pada 26 Maret 1968 menggantikan Soekarno. Soeharto resmi menjadi presiden pada 1968. Setelah itu, periode panjang kekuasaan Soeharto menjadi catatan tersendiri. Soeharto a dipilih kembali oleh MPR pada 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998.
Semasa hidupnya, Presiden Soeharto tinggal di kawasan Jalan Cendana Jakarta Pusat. Di masa Pak harto berkuasa, Cendana pun menjadi idiom tersendiri hingga melahirkan istilah keluarga Cendana, Kerabat Cendana dan istilah lainnya yang terkait dengan Pak Harto.