Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia Luncurkan Obat Covid-19 Avifavir Pekan Depan

Ketika sejumlah pabrik obat dan vaksin di dunia saat ini berusaha menemukan vaksin virus corona, Rusia akan meluncurkan obat Covid-19 pertamanya pada pekan depan.
Para pejalan kaki menggunakan masker untuk mencegah penularan virus corona Covid-19 melintas di Lapangan Merah di dekat Istana Kremlin di Moskwa, Rusia../Bloomberg/Andrey Rudakov
Para pejalan kaki menggunakan masker untuk mencegah penularan virus corona Covid-19 melintas di Lapangan Merah di dekat Istana Kremlin di Moskwa, Rusia../Bloomberg/Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA – Ketika sejumlah pabrik obat dan vaksin di dunia saat ini berusaha menemukan vaksin virus corona, Rusia akan meluncurkan obat Covid-19 pertamanya pada pekan depan.

Dikutip dari timesofindia.com, Senin (1/6/2020), pasien-pasien Covid-19 di Rusia akan diresepkan obat antivirus Avifavir pada 11 Juni 2020 menurut Kepala Russian Direct Investment Fund (RIDF).

Produsen obat Avifavir itu mampu memproduksi obat antivirus untuk 60.000 pasien per bulan.

Saat ini memang belum ada vaksin untuk Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru, dan uji coba obat antivirus pada manusia belum menunjukkan kemanjuran.

Obat antivirus baru dari Gilead yang disebut remdesivir telah menunjukkan beberapa harapan dalam uji coba efikasi kecil terhadap Covid-19 dan sedang diberikan kepada pasien di beberapa negara di bawah aturan penggunaan darurat.

Avifavir, yang secara umum dikenal sebagai favipiravir, pertama kali dikembangkan pada akhir 1990-an oleh sebuah perusahaan Jepang yang kemudian dibeli oleh Fujifilm.

Kepala RDIF Kirill Dmitriev mengatakan para ilmuwan Rusia telah memodifikasi obat itu untuk meningkatkannya, dan mengatakan Moskow akan siap untuk berbagi rincian modifikasi tersebut dalam dua  pekan ini.

Jepang telah menguji coba obat yang sama, yang dikenal di sana sebagai Avigan, dan mendapatkan pujian dari Perdana Menteri Shinzo Abe, serta mendapatkan dana sebesar US$ 128 juta dari pemerintah, tetapi belum disetujui untuk digunakan.

Avifavir muncul dalam daftar obat yang disetujui pemerintah Rusia pada hari Sabtu (30/5/2020).

Proses Dipercepat

Dmitriev mengatakan uji klinis obat telah dilakukan yang melibatkan 330 orang, dan telah menunjukkan bahwa obat itu berhasil mengobati virus dalam waktu empat hari.

Uji coba itu akan selesai dalam waktu sekitar satu minggu, katanya, tetapi kementerian kesehatan telah memberikan persetujuan untuk penggunaan obat di bawah proses khusus dipercepat dan manufaktur telah dimulai pada bulan Maret.

Uji klinis untuk menguji kemanjuran obat-obatan biasanya memakan waktu berbulan-bulan, bahkan ketika dipercepat, dan melibatkan sejumlah besar pasien yang ditugaskan secara acak yang menerima obat yang diuji coba atau kontrol atau plasebo.

Keberhasilan dalam uji coba skala kecil tidak menjamin kesuksesan dalam uji coba selanjutnya yang lebih komprehensif.

Sebuah penelitian yang diterbitkan bulan ini, misalnya, obat anti-malaria hydroxychloroquine, justru meningkatkan risiko kematian pada pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

Dmitriev mengatakan Rusia dapat memotong skala waktu pengujian karena obat generik Jepang yang didasarkan pada Avifavir pertama kali terdaftar pada tahun 2014 dan telah menjalani pengujian signifikan sebelum spesialis Rusia memodifikasinya.

"Kami percaya ini akan mengurangi ketegangan pada sistem perawatan kesehatan, kami akan memiliki lebih sedikit orang yang masuk ke kondisi kritis," kata Dmitriev.

 "Kami percaya bahwa obat itu adalah kunci untuk melanjutkan kembali kegiatan ekonomi penuh di Rusia."

Dengan 414.878 kasus Covid-19, Rusia memiliki jumlah infeksi ketiga tertinggi di dunia setelah Brasil dan Amerika Serikat, tetapi memiliki angka kematian resmi yang relatif rendah yaitu 4.855 orang – namun jumlah ini telah menjadi fokus perdebatan.

RDIF, yang memiliki 50 persen saham di pabrik obat ChemRar, mendanai uji coba dan pekerjaan lain dengan para mitranya, untuk menyempurnakan sekitar 300 juta rubel (US$ 4,3 juta), kata Dmitriev, yang menjelaskan bahwa biaya di Rusia jauh lebih rendah dibanding di Jepang.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nancy Junita
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper