Bisnis.com, JAKARTA - Akun Twitter Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menjadi sorotan ketika memuat kalimat 'penjarahan mengarah ke penembakan' dalam merespons unjuk rasa solidaritas untuk George Floyd, pria kulit hitam yang tewas ketika ditangkap oleh polisi kulit putih.
Melalui cuitan terbarunya, Trump membela diri, Jumat (29/5/2020) waktu setempat. Trump mengatakan dia mengerti mengapa pembunuhan itu memicu protes nasional tentang kekerasan polisi terhadap Afrika-Amerika.
Baca Juga
Namun, Trump mengatakan bahwa mereka seharusnya tidak diizinkan untuk bertindak 'anarki tanpa hukum'.
"Para penjarah seharusnya tidak diizinkan menenggelamkan suara-suara dari begitu banyak pendemo damai. Saya mengerti sakitnya, saya mengerti rasa sakitnya," kata Trump di Gedung Putih, seperti dikutip Tempo dari Reuters, Sabtu (30/5/2020).
Trump mengatakan dia telah menyatakan dukacita kepada keluarga George Floyd, seorang pria kulit hitam yang terlihat di video tidak bisa bernapas ketika seorang polisi kulit putih berlutut di lehernya. Petugas itu, Derek Chauvin, ditangkap dan didakwa melakukan pembunuhan dan pembunuhan tingkat tiga.
Trump, seorang Republikan yang mencalonkan diri sebagai petahana untuk pemilu pada November, memiliki sejarah ketegangan rasial. Dia menyalahkan kedua belah pihak karena kekerasan antara supremasi kulit putih dan demonstran kontra sayap kiri di Charlottesville, Virginia, pada 2017 dan menyebut beberapa imigran yang melintasi perbatasan AS-Meksiko sebagai pelaku pemerkosaan.
Twit Trump pada Jumat lalu menyarankan bahwa pasukan keamanan akan menembaki para penjarah selama demonstrasi kematian Floyd.
"Berdandal-berandal ini tidak menghargai ingatan tentang George Floyd, dan saya tidak akan membiarkan itu terjadi. Saya baru saja berbicara dengan Gubernur Tim Walz dan mengatakan kepadanya bahwa Militer mendukungnya setiap saat. Di tengah kesulitan apapun kami akan mengambil kendali tetapi, ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai. Terima kasih!" kicau Trump.
Seperti diketahui, Twitter menambahkan pemberitahuan bahwa twit itu melanggar aturannya karena 'mengagungkan kekerasan', tak lama setelah Twitter menandai twit Trump soal kecurangan pemilu sebagai hoaks.
Tangkapan layar twit oleh Presiden AS Donald Trump yang diunggah pada 29 Mei 2020. [Twitter/@realDonaldTrump via Reuters/Tempo]
Trump mengatakan dia tidak mengetahui sejarah frasa 'penjarahan mengarah ke penembakan', yang berasal dari tindakan keras polisi AS terhadap hak-hak sipil pada 1960-an.
Di sisi lain, Partai Demokrat menuduh Trump memperburuk situasi dengan kalimat-kalimatnya tersebut.
"Ini bukan waktunya untuk twit pembakar emosi. Tidak ada waktu untuk mendorong kekerasan," kata mantan Wakil Presiden Joe Biden, yang juga calon presiden dari Partai Demokrat.
Menurutnya, kondisi krisis nasional yang terjadi saat ini membutuhkan kepemimpinan yang nyata. "Kepemimpinan yang akan membawa semua orang ke meja sehingga kita dapat mengambil tindakan untuk membasmi rasisme sistemik."
Anggota parlemen kulit hitam mengatakan Trump mendorong kekerasan terhadap orang Afrika-Amerika. "Ini memalukan ketika pemimpin negara itu menanggapi krisis nasional dengan menghina orang-orang yang sedang diserang," kata anggota DPR dari Demokrat Karen Bass, yang mengetuai Congressional Black Caucus.
Trump menulis twit-nya di tengah hari-hari kerusuhan di Minneapolis, yang dilanda pembakaran, penjarahan, dan vandalisme pada malam ketiga ketika para demonstran melampiaskan kemarahan mereka atas kematian Floyd.
Ketua Komite Kehakiman Senat Lindsey Graham, seorang Republikan, mengatakan panelnya akan mengadakan sidang untuk memeriksa penggunaan kekuatan brutal polisi.
Empat petugas polisi yang terlibat dalam kematian Floyd dipecat sebelum Derek Chauvin, polisi yang mencekik George Floyd, ditangkap atas dakwaan pembunuhan.